GENMUSLIM.id- Malam Nisfu Syaban akan tiba pada Kamis (17/03/2022) malam.
Tradisi yang telah lama berlangsung adalah setelah shalat magrib, umat Muslim mengisi malam nisfu Syaban tersebut dengan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali.
Dipimpin oleh imam, jamaah juga berdoa kepada Allah SWT agar diberikan umur panjang, rezeki yang halal, serta berbagai keberkahan lainnya.
Pertanyaan yang muncul, apakah dibolehkan untuk beramal sambil memohon kepada Allah? Bukankah amal seharusnya dilakukan dengan ikhlas?
Simak penjelasan lengkapnya sebagai berikut ini:
Surat Yasin termasuk surat mulia dalam Al-Qur'an yang penuh dengan nasihat dan pelajaran, membaca surat Yasin merupakan suatu ibadah yang baik.
Adapun kegiatan masyarakat yang membaca surat Yasin sebanyak tiga kali pada malam Nisfu Syaban, yang kemudian diikuti dengan permohonan berupa keberkahan pada usia, harta, dan kebutuhan lainnya, tidak menimbulkan masalah dari perspektif syariat.
Surat yang dibaca adalah bagian dari Al-Qur'an, dan yang dimohonkan adalah kepada Allah SWT.
Permintaan tersebut juga ditujukan untuk kebaikan dunia dan akhirat, baik secara pribadi maupun untuk kepentingan umum.
Hal ini dijelaskan secara rinci oleh Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki, bahwa permohonan dan doa kepada Allah SWT tidak mengurangi keikhlasan dari amal yang dilakukan.
Seorang hamba Allah SWT diperbolehkan untuk berdoa agar Allah memenuhi segala hajatnya tanpa harus meragukan keikhlasan amal tersebut.
Tapi tak ada larangan bagi seseorang yang mengiringi amal salihnya dengan permintaan dan permohonan hajat agama dan dunia, jiwa dan raga, lahir dan batin. Siapa saja yang membaca surat Yasin atau surat lainnya dengan ikhlas lillahi taala sambil memohon keberkahan pada usia, harta, dan kesehatan, maka hal itu tak masalah. Artinya, orang ini telah menempuh jalan yang baik (dengan catatan ia tidak meyakini bahwa amal salihnya itu disyariatkan secara khusus untuk hajat tersebut). Silakan membaca surat Yasin 3 kali, 30 kali, 100 kali, atau mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an secara ikhlas lillahi taala diiringi dengan permohonan atas segala hajat, doa agar harapan terwujud, permintaan agar dibukakan dari kebimbangan, pengharapan agar dibebaskan dari kesulitan, permohonan kesembuhan dari penyakit, permintaan kepada Allah agar hutang terbayar. Lalu dimana masalahnya? Allah senang terhadap hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya atas pemenuhan hajat apapun termasuk hajat atas garam pelengkap masakan dan hajat atas tali sandal yang rusak. (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban? cetakan pertama, 1424 H, halaman: 119).