Sampai-sampai banyak pemikiran di kalangan anak muda tentang 'Bagaimana bisa tidak pacaran, tetapi menikah?'.
Kadang kala juga, pacaran menjadi alibi sebagai ajang kenalan antar pasangan sebelum menikah yang entah kapan.
Pada fenomenanya, pacaran justru merugikan waktu, tenaga, dan pikiran hingga meningkatkan keburukan dibanding kebaikannya.
Baca Juga: 10 Alasan Pacaran Dilarang dalam Islam dan Dalilnya: Pahami Larangannya Bagi Seorang Muslim
Masing-masing dari kita sering lupa bahwa, bahkan mendekati zina saja tidak boleh, sedangkan pacaran dipenuhi aktivitas tersebut.
Jangan terlalu jauh apabila berpikir tentang zina yang 'itu', minimal kamu sudah melakukan zina hati dan pikir yang tertuju ke satu orang.
Selain itu, riwayat dan cerita cinta yang terekam selalu sama.
Pilihannya mengungkapkan dengan menikahi atau memendam hingga datang waktunya.
Kita dihadirkan kisah romantis pengungkapan kecenderungan rasa Ummu Mukminin, Khadijah Radhiyall'aha.
Beliau dengan perantara mengungkapkan isi hatinya kepada Rasulullah sallahu'alaihi wa salam yang sebelumnya sudah ia cari tahu.
Pun mengetahui atau mengenal bukan dengan pacaran, melainkan dengan menanyakan kepada orang terdekatnya atau kepada terkait.
Hal-hal yang indah terlihat di sini, keyakinan tumbuh dan subur dipupuk dengan mencoba mencari tahu, bukan dengan pacaran.
Hakikatnya, apabila pacaran pastilah yang ditampilkan adalah hal baik saja, sedangkan kita lupa untuk menerima hal buruknya.
Meski pada akhirnya tetap sama, hal buruk harus diperbaiki seiring waktu, hanya saja minimal ada penerimaan, serta toleransi diri.
Pacaran untuk menikah adalah salah satu jalan kurang tepat dan hampir keliru, terlebih pacaran tanpa tujuan.
Apabila hadir rasa kecenderungan diri terhadap seseorang, kita diberikan kisah dalam memendam rasa.
Ada seorang Ali bin Abi Thalib yang bahkan sebelum ia datang melamar putri Rasulullah sallahu'alaihi wa salam, Fatimah.
Fatimah dilamar oleh dua orang yang sangat luar biasa keimanan, kesalehan, bahkan urusan dunianya.
Tetapi, apabila Allah berkehendak, maka tidak ada yang bisa menganggu gugat.
Cinta terpendam oleh keduanya sedari dahulu masih belia hingga sangking tertutupnya rasa tersebut tiada syaiton yang mengetahui.
Meski demikian, perkara menikah lalu pacaran, mungkin tidak semua orang dapat sesuai keinginan.
Tak mengapa, sebab melihat akhir surah Al-Baqarah ayat 216 adalah suatu hal yang harus kita tanamkan baik-baik "...Allah mengetahui, sedang kamu tidak".
Menenangkan dan menerima bisa kita lihat pengabadian kisah Salman Al Farisi yang ditolak lamarannya.
Lebih sakit lagi adalah justru Abu Darda teman yang menemaninya melamar adalah seorang yang dipilih oleh wanita pujaannya.
Baca Juga: Otomatis Langsung Taaruf! Ini 5 Dampak Negatif Pacaran yang Tidak Kamu Sadari, Muslim Wajib Tahu!
Memang terlihat tidak indah ketika sudut pandang mengarah pada mata insan.
Sedangkan apabila melalui pandangan Allah, maka semua akan terlihat baik-baik saja.
Pacaran untuk menikah bukan berarti tak boleh, melainkan kurang tepat.
Menikah adalah hal baik yang baiknya dijemput dengan perkara baik pula.
Sedangkan pacaran atau aktivitas sejenis adalah hal di luar aturan Allah, menikah lalu pacaran pun adakalanya kurang tepat.
Ketika kita tak siap dengan ilmu dan amal dalam perjalanan pernikahannya.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/
