GENMUSLIM.id- Kisah perjalanan panjang yang melelahkan berakhir dengan rasa bahagia, di mana Salman Al Farisi mengucapkan dua kalimat syahadat yang menandakan telah masuk Islam, di depan sosok yang dicintainya, yakni baginda Nabi Muhammad SAW.
Kisah Salman Al Farisi mengandung banyak hikmah yang luar biasa bagi segenap umat Islam seluruh dunia, bahwa kebenaran dan keberhasilan itu bisa dicapai selama kita mau sungguh-sungguh dan berusaha dengan keras.
Kisah Salman Al Farisi telah masuk Islam juga mengajarkan, sekalipun kebenaran itu berada di nun jauh di sana, selama ego, kesombongan, dan sikap keburukan di dalam diri ini bisa kita enyahkan, kebenaran tersebut seolah-olah dekat di depan pelupuk mata kita, begitulah cara Allah SWT mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya melalui kisah-kisah yang menggunggah dan mengetuk sanubari kita.
Di dalam buku Masa Muda Para Shahabar, Meneladani Jejak Generasi Penggenggam Dunia, Ibnu Syarqi mengatakan, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat di depan Rasulullah SAW, Salman Al Farisi mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan.
Dalam benak hatinya yang paling dalam, Salman Al Farisi mempunyai keinginan yang kuat untuk mengikuti Perang Badar dan Perang Uhud, namun tidak diperbolehkan oleh tuannya yang dari Yahudi.
Mendengar kabar tersebut, Rasulullah SAW menyarankan agar Salman Al Farisi menebus diri dari tuannya.
Rasulullah SAW juga mengajak para sahabat untuk membantu Salman Al Farisi, sehingga terkumpulah harta tebusan yang diminta oleh tuannya.
Setelah bebas dari perbudakan, Salman Al Farisi sungguh bahagia, sebab kali ini dia menjadi pemuda Islam yang merdeka.
Baca Juga: Peringatan Rasulullah SAW Kepada Umatnya, Inilah Dua Perbuatan yang Dapat Merusak Hubungan Sosial
Selain itu, Salman Al Farisi juga merasakan kehangatan solidarita yang kuat di kalangan umat Islam, yang membuat dirinya begitu takjub.
Sebagaimana sahabat lain yang dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW, Salman Al Farisi juga dipersaudarakan sahabat dari kalangan Anshar yang dikenal karena sifat sholeh dan zuhudnya, yakni Abu Darda.
Ketika sudah dipersaudarakan dengan Abu Darda, Salman Al Farisi melihat kebiasaan zuhud Abu Darda yang kurang proposional, seperti kebiasaan enggan makan karena berpuasa, tidak tidur malam karena ingin sholat malam terus, semua itu disebabkan karena Abu Darda menerapkan hidup zuhud.
Lantas, Salman Al Farisi menasehati pada Abu Darda, ‘Wahai Abu Darda, Tuhanmu memiliki ha katas dirimu, jiwamu juga memiliki hak atasmu, dan keluargamu juga memiliki ha katas dirimu.