GENMUSLIM.id- Banyak orang bijak bilang "Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tahu bagaimana kondisi masyarakat atau umat yang dipimpinnya".
Dari sini kita dapat memperoleh beberapa kesimpulan, bahwa pemimpin yang baik itu harus tahu kondisi rakyatnya.
Baik itu dalam segi penyampaian, mau pun mengelolah pendapat aspirasi masyarakat.
Saat kita mengalami yang namanya pesta demokrasi yang berlangsung 4 tahun sekali.
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Mahasiswa Buddha Hadiri Pengajian, Gus Iqdam: Kamu Datang Tidak Harus Syahadat
Kita mendengarkan janji-janji para calon pemimpin yang begitu mempesona.
Dari sini kita dituntut harus bisa belajar dengan cermat bagai mana cara memilih pemimpin yang baik dan yang tidak sekedar mengobral janji belaka.
Kita tidak perlu jauh-jauh melihat sosok seorang Nabi Muhammad SAW yang memang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di dunia ini.
Kita juga tidak perlu jauh-jauh meneliti para sahabat Nabi yang sudah jelas dan pasti keimanannya.
Jika kita tahu bagaimana sejarah atau biografi Salafuna Salih, maka kita tidak usah bingung-bingung dan resah dalam memilih bagaimana seharusnya tipikal seorang pemimpin yang baik.
Sebagai contoh pemimpin adalah sosok seorang Kyai Hamid.
Yah, sesosok ulama karismatik ini memang benar-benar berpengaruh khususnya di mata masyarakat Pasuruan.
Beliau adalah sosok pemimpin Pesantren yang diteladani banyak orang karena akhlaknya yang patut diakui kealimannya.
Semasa beliau masih menjadi Pemimpin yang memangku Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan, tak sedikit orang yang berdatangan setiap harinya kepada beliau dengan mengharap nasihat atau pun konsultasi kepada beliau.
Ketika ada tamu yang datang, beliau selalu menyambutnya dengan ramah.
Tak perduli tamu tersebut orang biasa, pejabat, atau ulama sekali pun tetap diperlakukan sama.
Hal ini adalah salah satu alasan mengapa beliau pantas bergelar waliyyun min 'auliyaillah.
Selain terkenal ahli dalam melegakan hati para tamunya, Kyai Hamid juga tahu bagaimana kondisi satu-persatu tamunya.
Sehingga apa yang beliau lontarkan pada tamunya baik itu berupa nasihat, atau yang lainnya bisa diterima dengan lapang dada.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Imam ath Thabari, Ulama yang Produktif Menulis Kebanggaan Umat Islam Seluruh Dunia
Dahulu, ketika Kyai Hamid masih ada, setiap harinya selalu berdatangan puluhan bahkan ratusan orang hendak sowan kepada beliau.
Pada suatu hari Kyai Musthofa Bisri yang akrab disapa dengan Gus Mus hendak sowan ke kediaman Kyai Hamid.
Karena melihat banyak orang yang hendak sowan, akhirnya Gus Mus meminta bantuan Gus Nu'man (Alm)- Putra sulung Kiai Hamid.
Gus Mus meminta tolong kepada Gus Nu'man agar dicarikan jalan yang mudah untuk sowan kepada Kyai Hamid dan akhirnya Gus Nu'man mengajak Gus Mus lewat pintu belakang ndalem lalu langsung disuruh masuk ke kamar Kyai Hamid.
Setelah Gus Mus masuk Kyai Hamid langsung menyambut "Eh ponakanku." sapa Kyai Hamid.
"Kene longgoh nang kene onok opo iki kok adoh-adoh teko merene." (Mari duduk sini, ada apa ini kok sampai jauh-jauh datang ke sini), tambah Kyai Hamid.
Seperti yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Gus Mus langsung menyandarkan kedua dirinya ke lutut Kyai Hamid dan meletakkan kedua telapak tangan ke paha beliau.
"Kulo aturi panjenengan maringi wejangan dateng kulo" (Saya ingin anda memberi nasehat kepada saya), pinta Gus Mus.
Hampir satu jam Gus Mus berada di dalam kamar Kyai Hamid, akan tetapi tidak satu pun terlontar kata nasehat langsung dari Kyai Hamid.
Melainkan Kyai Hamid malah memberi cerita-cerita hikmah kepada Gus Mus.
Setelah satu jam lamanya di kamar Kyai Hamid, akhirnya Gus Mus pun meminta undur diri.
Keluar dari kediaman Kyai Hamid, Gus Mus masih merasa bingung kenapa Kyai Hamid tidak memberikan satu pun nasehat kepada beliau, meliankan hanya memberikan cerita-cerita hikmah.
Setelah lama beliau berpikir, akhirnya beliau sadar bahwasanya Kyai Hamid adalah Kyai yang tahu akan kondisi seseorang.
Kyai Hamid hanya memberikan cerita hikmah mungkin karena yang meminta adalah Gus Mus yang masih muda dan biasanya anak muda memiliki emosi yang meletup-letup.
Agar dapat diterima dengan lapang, maka Kyai hanya memberikan cerita dan menyisipkan beberapa nasihat dalam cerita tersebut.
Jika seandainya pada waktu itu Kyai Hamid langsung memberikan nasihat kepada Gus Mus, maka tak ubahnya seperti menyuapi anak balita yang masih berumur dua bulan dengan buah pisang.
Dari Kyai Hamid kita bisa mencontoh bagaimana sikap seorang pemimpin seharusnya.
Berusaha mengerti masalah rakyatnya dan memberikan solusi tanpa harus pandang bulu.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel