internasional

Asal Usul Hizbullah: Dari Gerakan Perlawanan Syiah hingga Menjadi Kekuatan Politik di Lebanon

Minggu, 29 September 2024 | 05:43 WIB
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (kiri) menyambut pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah di Damaskus pada bulan Februari 2010 ((Foto: GENMUSLIM/Dok: Middle East Eye))

GENMUSLIM.id Hizbullah, artinya "Partai Tuhan," merupakan salah satu kelompok militan dan politik yang paling berpengaruh di Lebanon dan Timur Tengah.

Hizbullah muncul dalam konteks invasi Israel ke Lebanon dan ketidakpuasan masyarakat Syiah terhadap ketidakadilan sosial dan politik yang mereka alami.

Keluarga-keluarga Syiah di Lebanon, khususnya di daerah-daerah seperti Beirut timur dan selatan, sering kali terpinggirkan dalam struktur sosial dan politik negara.

Hingga pada tahun 1974, Sayyed Musa Sadr seorang imam mendirikan Gerakan Orang-Orang Miskin (Amal) untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan masyarakat Syiah.

Dikutip oleh GENMUSLIM dari Middle East Eye pada Minggu, 29 September 2024 Pada bulan Juni 1982, Israel melancarkan invasi ke Lebanon setelah percobaan pembunuhan terhadap Shlomo Argov, duta besar Israel untuk London, oleh kelompok Abu Nidal, sebuah PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).

Baca Juga: Mengenal Hassan Nasrallah: Pemimpin Hizbullah dan Perannya dalam Perlawanan serta Politik Timur Tengah

Tujuan utama invasi tersebut adalah mengusir PLO dari Lebanon dan membentuk pemerintahan boneka yang bersahabat dengan Israel di negara tersebut.

Invasi itu menewaskan lebih dari 20.000 warga sipil Lebanon dan Palestina serta lebih dari 370 warga Israel, sebagian besar tentara.

Kemudian muncul reaksi dari berbagai kelompok Syiah, termasuk Amal, yang berusaha melawan invasi tersebut.

Sebagai tanggapan atas dampak invasi ini, Presiden Lebanon Elias Sarkis membentuk Komite Keselamatan Nasional yang melibatkan berbagai pemimpin politik dan milisi.

Dengan melibatkan Nabih Berri, pemimpin kelompok Syiah Amal, serta Bashir Gemayel, pemimpin Pasukan Lebanon yang merupakan sekutu Kristen utama Israel di Lebanon.

Namun, Ketidakpuasan terhadap Amal, yang dianggap berkompromi dengan kekuatan luar, mendorong sebagian anggota untuk keluar dari Amal.

Sayyed Abbas Mussawi, Hassan Nasrallah, dan beberapa pihak yang mendukung Khomeini dari Iran memutuskan keluar dari Amal, karena menganggap tindakan bergabung dengan komite sebagai bentuk pengkhianatan.

Menurut mereka, perlawanan bersenjata adalah satu-satunya solusi untuk menghadapi Israel.

Halaman:

Tags

Terkini