Dengan dukungan Iran dan Suriah, kelompok ini resmi mendirikan Hizbullah pada tahun 1982.
Hizbullah mengadopsi doktrin Syiah Khomeini tentang velayat-e faqih, yang menempatkan pemimpin tertinggi Iran sebagai otoritas politik dan agama bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Hizbullah segera meluncurkan kampanye gerilya untuk melawan pasukan Israel yang menduduki Lebanon.
Taktik yang digunakan termasuk serangan bom bunuh diri, penyergapan, dan peluncuran roket.
Salah satu serangan terkenal adalah serangan terhadap markas besar militer Israel di Tyre pada November 1982, yang menewaskan banyak tentara Israel.
Seiring berjalannya waktu, Hizbullah berhasil mendapatkan dukungan lebih luas, baik di kalangan masyarakat Lebanon maupun di kalangan negara-negara Syiah lainnya.
Mereka juga mulai mengembangkan struktur organisasi yang lebih formal, yang memungkinkan mereka untuk berfungsi tidak hanya sebagai kelompok militer tetapi juga sebagai partai politik.
Hingga pada tahun 1992, setelah kematian pemimpin Hizbullah Sayyed Abbas Mussawi, Hassan Nasrallah diangkat sebagai pemimpin baru.
Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah tidak hanya meningkatkan kekuatan militer tetapi juga memperluas pengaruh politiknya.
Hizbullah mulai berpartisipasi dalam pemilihan umum Lebanon, memenangkan 12 kursi dalam pemilihan parlemen pertama setelah terjadinya perang saudara.
Partisipasi Hizbullah dalam setiap pemilihan umum di Lebanon, berhasil membuat kelompok tersebut mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekuatan politik utama negara tersebut.
Selain itu, peran yang signifikan dalam berbagai konflik dengan Israel dan perang saudara di Suriah hingga akhirnya dapat menangkis serangan Israel dan mendapat dukungan dari Iran dan Suriah memperkuat posisinya di Lebanon.
Meskipun menghadapi tantangan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar Lebanon, Hizbullah terus beroperasi sebagai kekuatan militer dan politik yang terorganisir, mengukuhkan posisi mereka dalam lanskap politik dan sosial Lebanon.
Dengan demikian, Hizbullah bukan hanya sekadar kelompok militan mereka telah bertransformasi menjadi partai politik yang kuat, mewakili kepentingan komunitas Syiah di Lebanon dan berkontribusi pada dinamika politik yang lebih luas di Timur Tengah.***