Di bawah kepemimpinan Ansarollah, merasa berkewajiban untuk memberikan dukungan kepada saudara-saudara mereka di Palestina.
Dalam pidatonya, Sayyid Abdul Malik Al Houthi, pemimpin tertinggi Ansarollah, menegaskan bahwa tindakan mereka didorong oleh ketakwaan kepada Allah dan harapan hanya kepada-Nya.
Mereka tidak takut kepada musuh-musuh mereka, tetapi hanya takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Gangguan yang dilakukan oleh Tentara Yaman di Laut Merah dan Terusan Suez adalah bagian dari strategi mereka untuk menekan kekuatan global yang mendukung Israel dalam konflik tersebut.
Dengan menghentikan atau memperlambat aliran perdagangan global melalui terusan ini, Yaman ingin mengirimkan pesan bahwa dunia internasional tidak bisa mengabaikan penderitaan rakyat Gaza.
Dampak ekonomi yang dihasilkan dari gangguan ini bukan hanya dirasakan oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah, tetapi juga oleh negara-negara di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat.
Kerugian sebesar $1,25 triliun tentu bukan jumlah yang kecil. Ini mencerminkan betapa pentingnya stabilitas di kawasan Laut Merah dan Terusan Suez bagi perekonomian dunia.
Banyak negara bergantung pada jalur ini untuk mengangkut minyak, gas, dan produk industri lainnya.
Ketika terjadi gangguan, harga minyak dunia bisa naik drastis, dan ini memicu inflasi serta merugikan sektor-sektor lain yang bergantung pada perdagangan internasional.
Keadaan ini semakin rumit dengan adanya konflik bersenjata di kawasan, yang melibatkan negara-negara besar dan aliansi-aliansi politik yang kuat.
Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun, dan selama itu pula berbagai upaya dilakukan oleh banyak negara untuk mencari solusi damai.
Namun, hingga kini, jalan menuju perdamaian masih penuh dengan rintangan.
Dengan tindakan yang diambil oleh Tentara Yaman ini, mereka ingin mengingatkan dunia bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah regional, melainkan juga masalah global.