Meskipun Israel menyebutkan bahwa 500 truk bantuan masuk setiap hari, angka tersebut seharusnya mencapai lebih dari 60 ribu truk dalam 120 hari, namun kenyataannya tidak demikian.
Bantuan yang berhasil masuk ke Gaza tidak diizinkan mencapai bagian utara.
Bagian Utara Gaza lebih dekat dengan perbatasan Erez dan berbatasan langsung dengan Israel.
Kondisi jalan yang rusak akibat serangan Israel tak memungkinkan truk dari mencapai utara Gaza, sehingga membuat bantuan tertahan.
Meskipun negara-negara penengah seperti Jordania, Qatar, Perancis, dan Amerika berupaya membuka perbatasan Rafah melalui perundingan dengan Mesir, bantuan yang akhirnya masuk masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Gaza.
Ditambah lagi pemukim ilegal Israel sayap kanan melakukan protes di pelabuhan Ashdod pada Kamis, Februari 2024 menolak masuknya truk-truk bantuan ke Gaza.
Di tengah kondisi kritis penduduk Gaza, terdapat laporan pungutan liar sebesar Rp78,6 juta per truk yang harus dibayarkan lembaga sosial kepada Badan Intelijen Umum (GIS) Mesir untuk mempercepat masuknya bantuan ke Gaza.
Sudah 123 hari serangan berlanjut di Gaza, dengan kelaparan dan kedinginan dan kehausan menjadi senjata tambahan bagi Israel dalam upaya membunuh warga Palestina. ***