‘Omon-omon’ Prabowo Subianto Sebut Gaza Ditindas Karena Pertahanan Militernya Lemah, Masa? Ayo Kita Kilas Balik Sejarahnya!

Photo Author
- Senin, 8 Januari 2024 | 19:52 WIB
Gaza lemah? Sini lihat dulu sejarahnya! ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Pexels))
Gaza lemah? Sini lihat dulu sejarahnya! ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Pexels))

GENMUSLIM.id - Prabowo Subianto, dalam debat capres 2024 tadi malam sempat menyenggol tentang keadaan Gaza, yang menurut beliau, ditindas karena lemah.

Apa iya Gaza ditindas karena kekuatannya yang tidak mumpuni alias lemah?

Bagaimana bisa Gaza yang bertahan dalam penindasan bertahun-tahun, dikatakan lemah?

Palestina merupakan salah satu negara yang ada dalam kekuasaan dinasti Ottoman.

Baca Juga: Prabowo Singgung Tanpa Kekuatan Militer Bangsa Bisa Dilibas Seperti Gaza, Netizen Beri Kritikan Tajam!

Pada saat dinasti Ottoman kalah, maka tercerai-berailah seluruh negara yang ada di bawah kekuasannya dulu.

Setelahnya, seluruh negara yang dulunya berada di bawah dinasti Ottoman, secara legal masuk ke dalam administrasi Britania Raya, atau kita kenal dengan Great Britain/UK/Inggris.

Semua negara yang dulunya berada dalam dinasti Ottoman sudah diakui merdeka, kecuali Palestina. Karenanya, Inggris memiliki wewenang untuk mengirimkan surat/mandat apapun ke Palestina.

Ayo kita ulas sedikit sejarah kenapa tiba-tiba ada bangsa Yahudi di Palestina.

Sejarah Singkat

Ada sebuah dokumen dari perwakilan Inggris dan Amerika, berisikan tentang pemindahan orang-orang Yahudi ke Palestina, pada tahun 1946.

Mereka yang mengirimkan dokumen itu adalah perwakilan dari pihak yang bertanggung jawab untuk mencari lokasi atas orang-orang Yahudi yang terusir karena Nazi dan Fasisme.

Pada saat itu mereka ingin memindahkan orang-orang Yahudi ini ke seluruh dunia, termasuk Palestina dan negara-negara di luar Eropa.

Baca Juga: Prabowo Subianto Soroti Pertanyaan Cak Imin Soal Belanja Alutsista, Padahal Islam Telah Membahas Persiapan Perang

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: un.org, history.state.gov

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X