Seperti kisah Layla Majnun, konon kisah ini adalah sebuah perumpamaan dari cinta tak terbatas kepada Tuhan.
Konsep ini menolak pandangan transaksional dalam ibadah.
Pesan dalam kisah ini berupaya menekankan bahwa relasi antara hamba dan Tuhan seharusnya seperti relasi antara pecinta dan kekasih, bukan seperti budak dan tuannya.
Sebagaimana Majnun yang terhanyut dalam kerinduannya pada Layla, mencerminkan keadaan hati seorang sufi yang hanyut dalam kerinduannya kepada Sang Pencipta.
Pertemuan dan perpisahan Layla Majnun membawa kita melintasi kisah cinta yang menarik nan tragis.
Namun, dalam penderitaan Majnun dalam mencari Layla, kita melihat refleksi perjalanan rohaniah seorang sufi yang mengejar kehadiran Ilahi.
Meskipun Layla dan Majnun terpisah secara fisik, cinta mereka bersatu dalam dimensi spiritual, menciptakan ikatan yang tak terbatas oleh batas-batas dunia materi.
Pesan-pesan sufistik yang dapat diambil dari Layla Majnun menyoroti pentingnya cinta sejati dan kesetiaan dalam perjalanan spiritual.
Sebagaimana Majnun yang hanyut dalam cintanya, seorang sufi berusaha hanyut dalam cinta Ilahi, tanpa terkendala oleh rintangan duniawi.
Dengan demikiancinta sejati tidak hanya terbatas pada hubungan manusiawi, melainkan pada hubungan yang lebih tinggi dengan Sang Pencipta.
Layla Majnun menjadi metafora tentang kesetiaan dan pengorbanan dalam cinta. Meskipun dihadapkan pada kesulitan dan rintangan, cinta mereka tetap abadi.
Begitu pula, seorang sufi dihadapkan pada ujian-ujian kehidupan yang menguji kesetiaan dan penghambaannya kepada Sang Ilahi.
Kehadiran-Nya menjadi fokus utama, dan cinta sejati terwujud melalui penyerahan penuh.