fiksi

Cerpen Kehidupan: Putus Semua Harus Putus, Bagaimana Seseorang Melihat Sudut Pandang

Senin, 18 September 2023 | 16:20 WIB
Putus sekolah sebab ayah ke sekolah (GENMUSLIM.id/dok: Desain Canva)
GENMUSLIM.id– Cerpen ini akan bercerita tentang nasib seorang anak bernama Imron dalam sekolah dan tentang seorang ayah.

Masa sekolah adalah masa yang akan diingat, tetapi cerpen ini menghancurkan ingatan Imron dengan pikir yang dimiliki seorang ayah.

Menghadirkan seorang yang tak mendukung pendidikannya di dalam cerpen tersebut, Ilham tidak bisa apa-apa tanpa bantuan ayah.
 
 
Bagaimana cerpen yang akan dikisahkan?
 
Perdebatan di halaman sekolah tidak kunjung usai, dua tiga jam terasa alot obrolan seorang ayah dengan seorang guru bersama istrinya yang tetap ngotot membuat anaknya putus sekolah.
 
Putus sekolah dengan alasan mengikuti sang ayah yang pindah jauh dari sekolah saat ini dan pilihannya hanya putus sekolah, tidak ada yang lain.
 
Anehnya ketika ditanya akan sekolah di mana sang anak, tidak ada jawaban dari sang ayah, bungkam saja.
 
Emosi gurunya sebenernya, tapi ya begitulah sekolah tetap ingin mempertahankan hak pendidikan sang anak dan menolak putus sekolah dari ayahnya itu.
 
Bagaimana bisa begitu pendek akal ayah dari anak bernama Imron tersebut dan sekolah merasa ingin mengusirnya saat itu juga.
 
 
Jam berdetak seperti genderang perang menandakan pukul 11 pagi, masih cukup cerah untuk sekadar senam mulut dalam hati itu, tentu hal itu tidak disia-siakan ayah Imron.
 
"Nanti anaknya jadi terlambat terus, bagaimana?"
 
"Bapak, boleh anak ini berhenti tapi ada jaminan sekolah di mana. Sekolah barunya, hanya itu saja yang ingin kami pastikan."
 
Ayah Imron terus menerus mengatakan bahwa anaknya akan terlambat, seperti tidak akan bisa ia mengantar anaknya tepat waktu menggunakan sepeda motor yang dimilikinya.
 
Putus sekolah seakan sudah menjadi final perjalanan yang ingin ditempuh, tetapi pihak sekolah terus menahan hal tersebut dan meminta si Ayah mempertimbangkannya kembali.
 
Hal itu percuma, sebab ayah Imron tetap ingin putus sekolah, selalu diulang soal jarak yang akan ditempuh, keterlambatan, capek dan lain halnya.
 
"Kan itu anak saya mau disekolahkan atau tidak"
 
"Sudah masuk sekolah ini, jdi anak kami juga"
 
"Loh gak bisa gitu, menuntut ilmu yang wajib itu ilmu agama buk guru"
 
"Di sini juga anaknya diajari ilmu akhirat, Bapak." 
 
Guru tersebut naik pitam mendengar penuturan ayah Imron seakan sekolah dengan kurikulum yang dibuat 50% nya menghafal Al-quran tersebut seakan sia-sia.
 
Kedua anak yang dibawa oleh ayah Imron tersebut dengan cepat diberikan kepada istrinya.
 
Ia mulai bangkit seolah siap dengan postur badan yang akan melawan guru tersebut, saat mendekat di luar dugaan.
 
Ayah Imron berlutut, memohon meminta supaya anaknya dikabulkan putus sekolah dan tidak perlu ke sekolah ini lagi.
 
Keheranan bukan main, ini hanya trik atau kenyataan. Hanya itu di kepala Guru yang sejak tadi menaikkan tangga nada suaranya menghadapi ayah Imron itu.
 
Imron di kelas malah menangis meminta ikut ibu dan ayahnya pulang, keluar dari kelas. Guru di kelas pun kewalahan menjawab atas permintaan Imron.
 
Jauh sebelum itu, Imron sejak tadi mengintip ayah dan ibunya uang sedari tadi berdebat dengan gurunya.
 
"Huwaaaaa...''
 
Suara Imron menggelegar seisi sekolah, membuat bising semua orang yang tengah belajar. Lagi mumpung membuat ayah Imron memanfaatkan kembali supaya putus sekolah anaknya disetujui.
 
 
"Ayolah Bu, lihat, anak saya menangis, berarti ia sepakat untuk pulang bersama kami"
 
"Tidak...tidak, itu nangis mau pulang aja, biasa itu anak-anak liat orang tuanya"
 
Gurunya terus mengupayakan supaya Imron tidak putus sekolah dan ayah Imron pulang tidak mengungkapkan kembali keinginan putus sekolahnya anak tersebut.
 
Terus begitu berulang kali, sampai Gurunya akhirnya mengusir keduanya. .
 
"Duarrrr!"
 
Belum sampai di ujung pagar, istrinya menembakkan ke arah ayah Imron.
 
Dengan tangan bergetar dan hampir menangis, basah sudah tudung jilbabnya, keringat mengalir di sekujur tubuhnya, bukan hanya orang sekitar yang kaget.
 
Istrinya juga kaget ia bisa menembakkan pistol ke ayah Imron tersebut, bukan inginnya, hanya ia sudah tak tahan.
 
Tidak ingin anaknya berhenti sekolah, tapi diktator ayah Imron tidak dapat dilawannya. Entah dari mana pistol yang itu, yang jelas kini sudah ada garis polisi dan ambulans.
 
Ambulans yang pada akhirnya kecelakaan ketika akan ke RS dan menerobos lampu merah yang jalannya terlihat kosong.
 
Tuhan seperti tidak mengizinkan ayah Imron ditolong.
 
Istrinya diadili dengan tidak adil harus mengasihi anaknya dari balik jeruji.
 
Sudah terus begitu, Imron dibully di sekolah punya Ayah narapidana.
 
Iya, Imron tidak jadi putus sekolah.
***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.
 

Tags

Terkini