“Memangnya ada uang? Apa yang bisa menjamin itu? Lurah sebelumnya juga pernah mengatakan hal yang sama, tetapi tak ada aksinya,” celetuk Pak Joko, salah seorang warga, sambil melirik lurah sebelumnya yang duduk di barisan belakang calon lurah bersama perangkat desa lainnya.
“Anggaran desa akan saya plotkan sebaik mungkin, memprioritaskan kebutuhan desa. Jadi, insyaallah dana akan digunakan sesuai kebutuhan dan akan ada. Insyaallah, saya akan menargetkan perbaikan untuk desa sebelum melakukan pembangunan baru,” jawab Pak Buyung meyakinkan.
Jawaban Pak Buyung kemudian dibalas tepuk tangan oleh para pendukungnya. Sorak-sorak ramai meneriakkan nama Pak Buyung. Laki-laki berusia 52 tahun itu tersenyum beru kemudian duduk di kursinya.
Baca Juga: Cerpen Islam Kisah Nabi Muhammad SAW: Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW Menuju Madinah
Kini giliran Pak Lawu yang diberi kesempatan untuk menjawab.
“Jawaban saya jelas berbeda dengan Pak Buyung. Saya akan realistis bahwa pembangunan infrastruktur tentu memakan biaya yang besar. Anggaran dana tidak akan mampu menutupi semua kebutuhan. Bagi saja, meninjau prioritas kebutuhan warga adalah yang terpenting. Jalan menuju lahan tani rusak? Tentu akan diperbaiki.”
“Namun, perbaikan akan berfokus pada jalan menuju lahan tani saja. Tidak akan ada perbaikan pada infrastruktur lainnya. Saya akan mementingkan kualitas daripada kuantitas perbaikan. Selain itu, saya akan melibatkan pemuda desa serta warga-warga usia produktif agar membantu perbaikan tersebut,” jawab Pak Lawu dengan lugas.
“Pak Lawu ini sepertinya ingin merepotkan warganya, ya,” celetuk Pak Buyung yang disambut tawa pendukungnya.
“Tentu tidak. Tujuan saya melibatkan warga adalah agar terjadinya kelekatan hubungan antar warga dan saya selaku pemimpin nantinya. Saya ingin warga juga turut serta dan mengawasi pembangunan bersama saya. Tujuannya agar saya selaku pemimpin dan warga serta pekerja lainnya menjadi terbuka dan membangun hubungan tim yang kuat,” jawab Pak Lawu.
Ditto kemudian mempersilakan Pak Lawu untuk kembali duduk.
Baca Juga: Cerpen Pendidikan Islam: Cahaya Sholat Tahajud, Cara Istimewa Berkomunikasi dengan Allah SWT
“Kalau saya simpulkan dari kedua jawaban calon ada dua perbedaan gaya kepemimpinan. Pak Buyung dengan gaya berorientasi pada tugas, sedangkan Pak Lawu berorientasi pada orang atau hubungan tim. Artinya, bagi Pak Buyung menyelesaikan tujuan adalah hal utama tanpa perlu adanya kelekatan antar anggota atau warga nantinya. Yang penting tujuan-tujuan yang ditargetkan dapat diselesaikan. Begitu ya, Pak?” Ditto memastikan.
Pak Buyung mengangguk. “Yang penting target tercapai. Itu tujuan saya.”
“Sementara itu Pak Lawu lebih mementingkan hubungan antar anggota atau warga, makanya dicanangkan keterlibatan warga agar bisa terjalin hubungan yang lebih erat. Kuantitas target tidak banyak, tetapi yang terpenting hubungan dengan warga menjadi harmonis. Seperti itu ya, Pak?” Ditto memastikan kepada Pak Lawu.
“Benar sekali. Hubungan itu lebih penting,” jawab Pak Lawu.