Senandika kali ini bercerita tentang tokoh aku yang menyimpan rindu dan perasaan pada orang yang tak mencintainya.
Ungkapan hati tentang rindu dan perasaan tak berbalas dalam senandika ini menggambarkan bagaimana sang tokoh aku mati-matian mengendalikan perasaannya.
Baca selengkapnya kisah tokoh aku dalam senandika berikut ini.
Baca Juga: Tiga Contoh Senandika Roman Bertema Bukan Rumah yang Bisa Dijadikan Inspirasi Bagi Penulis Pemula
Senandika Maaf Aku Lancang Menaruh Rindu: Berisi Ungkapan Hati Sesorang Tentang Perasaan Tak Berbalas
Aku kembali pada fase yang sama. Masa di mana aku yang lagi-lagi mengatasi rindu yang mungkin tak seharusnya ada bersamaku.
Mungkin hatiku atau justru diriku yang masih belum bisa menghapus jejak perasaan itu.
Meskipun aku tahu hanya ada satu hasil yang aku dapatkan dari semua itu, perasaan tak berbalas.
Mungkin aku yang terlalu lancang menaruh rindu untukmu, aku yang terlalu tak tahu malu menyimpan perasaan untukmu, dan aku yang berharap berlebihan pada apa-apa yang sedari awal memang tidak akan menjadi miliku.
Baca Juga: Cerpen Islam Kisah Wali Songo: Sunan Gunung Djati Pembawa Cahaya Islam di Nusantara
Menyimpan rindu untukmu adalah salahku yang keliru, bukan salahmu.
Aku yang jadi penyebab luka lebam di hatiku yang masih terasa sampai hari ini.
Ini bukan salahmu, karena sejak awal dirimu sudah menunjukkan padaku bahwa kamu tak punya rasa yang sama.
Aku saja yang terlalu keras kepala dan akhirnya kena juga.
Melihatmu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal atau sekadar berbalik dan melihat wajahku yang menahan tangis, itu rasanya menyakitkan ternyata.
Aku tertawa sumbang, sesumbang suara hatiku yang tak akan pernah terdengar merdu dan sampai di telingamu.