Senandika Maaf Aku Lancang Menaruh Rindu: Berisi Ungkapan Hati Sesorang Tentang Perasaan Tak Berbalas

Photo Author
- Rabu, 6 September 2023 | 14:30 WIB
Gambaran sebuah rindu yang dirasakan tokoh dalam senandika dan sebuah ungkapan hati dengan perasaan tak berbalas (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Marta Wave)
Gambaran sebuah rindu yang dirasakan tokoh dalam senandika dan sebuah ungkapan hati dengan perasaan tak berbalas (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Marta Wave)
GENMUSLIM.id - Senandika merupakan salah satu jenis tulisan yang berisi ungkapan hati seseorang berbentuk monolog dengan dirinya sendiri.

Senandika kali ini bercerita tentang tokoh aku yang menyimpan rindu dan perasaan pada orang yang tak mencintainya.

Ungkapan hati tentang rindu dan perasaan tak berbalas dalam senandika ini menggambarkan bagaimana sang tokoh aku mati-matian mengendalikan perasaannya.

Baca selengkapnya kisah tokoh aku dalam senandika berikut ini.

Baca Juga: Tiga Contoh Senandika Roman Bertema Bukan Rumah yang Bisa Dijadikan Inspirasi Bagi Penulis Pemula

Senandika Maaf Aku Lancang Menaruh Rindu: Berisi Ungkapan Hati Sesorang Tentang Perasaan Tak Berbalas

Aku kembali pada fase yang sama. Masa di mana aku yang lagi-lagi mengatasi rindu yang mungkin tak seharusnya ada bersamaku.

Mungkin hatiku atau justru diriku yang masih belum bisa menghapus jejak perasaan itu.

Meskipun aku tahu hanya ada satu hasil yang aku dapatkan dari semua itu, perasaan tak berbalas.

Mungkin aku yang terlalu lancang menaruh rindu untukmu, aku yang terlalu tak tahu malu menyimpan perasaan untukmu, dan aku yang berharap berlebihan pada apa-apa yang sedari awal memang tidak akan menjadi miliku.

Baca Juga: Cerpen Islam Kisah Wali Songo: Sunan Gunung Djati Pembawa Cahaya Islam di Nusantara

Menyimpan rindu untukmu adalah salahku yang keliru, bukan salahmu.

Aku yang jadi penyebab luka lebam di hatiku yang masih terasa sampai hari ini.

Ini bukan salahmu, karena sejak awal dirimu sudah menunjukkan padaku bahwa kamu tak punya rasa yang sama.

Aku saja yang terlalu keras kepala dan akhirnya kena juga.

Melihatmu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal atau sekadar berbalik dan melihat wajahku yang menahan tangis, itu rasanya menyakitkan ternyata.

Aku tertawa sumbang, sesumbang suara hatiku yang tak akan pernah terdengar merdu dan sampai di telingamu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X