Tetangganya pernah menyarankan Zoro untuk tidak membuang kue-kue yang tersisa, melainkan dipanaskan atau mengukus ulang. Toh, pembeli juga tidak akan tahu karena rasanya tak jauh berbeda.
Tentu saja Zoro menolak saran itu. Itu bukan saran, melainkan tidak jujur. Bagaimana jika pembeli kemudian sakit perut, keracunan makanan basi, atau bisa jadi masuk rumah sakit? Bisa-bisa bukannya untung, malah buntung.
Sambil terus bersabar, tak lama sebuah mobil berhenti di depan kiosnya. Zoro berharap bahwa ini adalah pembeli yang akan mengurangi dagangannya.
Namun, ternyata pemilik mobil tersebut hanya menanyakan alamat. Orang berjas rapi itu bahkan tak melirik dagangannya sama sekali.
Baca Juga: Seputar Haid: Benarkah Seorang Muslimah Tetap Dapat Pahala Walaupun Tidak Shalat Ketika Menstruasi?
Setelah Zoro membantunya, orang tersebut langsung kembali ke dalam mobil dan melaju.
Zoro pasrah, hari ini dagangannya tidak habis. Ia kemudian memilah mana kue yang masih bisa dimakan dan mana yang hampir basi.
Malam ini ia akan makan sisa kuenya yang masih bisa dikonsumsi. Tidak ada nasi goreng seperti harapannya pagi tadi. Zoro harus berhemat.
Saat menutup kiosnya, tak sengaja Zoro menginjak benda yang empuk dan padat secara bersamaan. Saat diambil, ternyata itu adalah sebuah dompet.
Zoro mengingat siapa yang kira-kira menjatuhkan dompetnya dan ia memikirkan orang berjas tadi.
Zoro pun bergegas membawa dagangan beserta dompet ke sebuah rumah yang ditanyakan orang tadi. Itu adalah rumah Pak Buyung, kepala dusun.
Saat Zoro tiba di sana, kebetulan orang tersebut masih bertamu. Zoro kemudian mengucapkan salam dan mengutarakan kedatangannya.
Pemilik dompet tersebut terkejut saat menyadari dompetnya dibawa Zoro. Ia kemudian mengambil dan mengecek isi dompet yang masih utuh isinya. Dalam hati orang tersebut mengucap syukur.