Bu Dahlia menepuk pundak muridnya tersebut. “Ditto sudah tahu apa yang menjadi kelebihan dirimu?” tanyanya.
Ditto mengangguk, “Saya suka menggambar dan selalu mendapatkan nilai bagus di pelajaran menggambar, Bu.”
“Bai, apakah teman-teman dan banyak guru mengetahui potensimu ini?” tanya Bu Dahlia.
Kali ini Ditto menggeleng. “Saya malu saat orang lain melihat gambaran saya, Bu. Hanya Bu Dahlia dan guru mata pelajaran menggambar yang tahu.”
“Boleh ibu lihat gambar-gambarmu?” tanya Bu Dahlia.
Ditto kemudian beranjak mengambil buku gambarnya. Dibandingkan membawa banyak buku pelajaran, Ditto justru lebih banyak membawa buku gambar.
Bu Dahlia membuka satu per satu halaman dan tak henti-hentinya memuji karya Ditto. Menurutnya, Ditto sangat imajinatif dan mampu menggambarkan visual secara mendetail.
Kemampuan yang dimiliki Ditto merupakan ciri dari kecerdasan spasial, yaitu kecerdasan dalam berpikir, berimajinasi, memproses, dan lainnya secara visual.
Bisa jadi pula, Ditto akan lebih mudah menerima pelajaran saat materi disampaikan dalam bentuk gambar.
“Ditto, kita akan mencoba untuk memaksimalkan kecerdasan spasialmu. Mulai sekarang, Ditto coba menggambar dan menempelkannya di mading agar orang lain dapat melihat karya indah ini,” ucap Bu Dahlia dengan senyumannya.
Ditto tampak berpikir, “Bagaimana jika ada yang tidak menyukai gambaranku dan malah mengejekku, Bu?”
“Kamu harus berani mencoba, Ditto. Semakin banyak yang tahu kemampuanmu itu akan lebih baik. Siapa tahu saat ada lomba menggambar, sekolah akan mengirimkan Ditto sebagai perwakilan,” balas Bu Dahlia menguatkan.
Baca Juga: Cerpen Seri Bona : Perlombaan di Sekolah Islam Terpadu, Sepi Tanpa Bona
Ditto termotivasi dan mulai menguatkan tekad. Sepulang sekolah, ia memilih gambar-gambar yang akan ditempelnya di mading sekolah.
Satu bulan, dua bulan, hingga bulan ke-empat, Ditto rutin menempelkan gambar-gambarnya. Teman-teman bahkan gurunya selalu mengapresiasi gambar Ditto dengan menempelkan poin bintang di gambar tersebut.