GENMUSLIM.id- Malam itu aku duduk bersama Ibu di teras rumah, memandang langit yang kembali dihiasi bintang-bintang, membuat suasana terasa lebih menyenangkan di tengah-tengah kegaduhan yang tak berhenti terdengar di kepalaku.
Pikiran-pikiran buruk dan rasa takut akan masa depan benar-benar menggangguku akhir-akhir ini. Melihat pencapaian orang lain dan melihat diriku yang rasanya tertinggal jauh benar-benar membuat diriku merasa lelah dengan pikiranku sendiri.
Setidaknya malam ini aku ingin melupakannya, saat bersama Ibu.
“Kamu ada masalah? Mau cerita sama Ibu?”
Suara Ibu membuatku beralih menatapnya, aku mendadak diam. Bingung apa yang harus aku katakan. Aku tidak ingin membuat Ibu khawatir atau jadi beban pikiran.
“Enggak ada, Bu. Lintang cuma lagi mikirin sesuatu, enggak penting. Ibu ada mau cerita? Lintang dengerin, ayo.”
“Kamu bisa bohong sama orang lain, tapi enggak sama ibu. Perasaan dan naluri seorang ibu itu kuat, kenapa? Ada yang ganggu pikiran kamu?”
Ibu menatap wajahku yang membuatku makin merasa gugup dan mendadak ada tetesan kecil yang perlahan jatuh dari mataku.
“Lintang cuma ngerasa bersalah sama Ibu, takut enggak bisa jadi apa-apa, takut enggak bisa buat Ibu bahagia kayak orang-orang. Takut gagal, takut enggak punya masa depan. Di saat orang lain bisa mencapai sesuatu, Lintang masih belum bisa berhasil meraih apa pun.”
Ibu menatap wajahku dengan raut sendu, aku melihat ada tangisan kecil yang juga jatuh dari matanya. Melihatnya begitu, membuatku benar-benar menyesali apa yang aku katakan, Ibu pasti cemas dan khawatir sekarang.
Tapi aku tidak bisa menutupi apa pun dari Ibu, sekeras apa pun aku berusaha menutupinya dia selalu tahu.
“Kenapa kamu mikir kayak gitu? Sejak kapan kamu enggak bisa buat ibu bahagia? Kata siapa kamu gagal?”