GENMUSLIM.id - Dekade waktu berlalu, penjagaan alam seolah terabaikan tanpa sebab, semua terasa seperti perkembangan.
Tidak ada yang memprotes penuh semua tindakan individu dan kelompok secara penilaian penjagaan alam, baik penjagaan pohon dan hutan, maupun penggunaan plastik sekali pakai.
Peranan manusia begitu kompleks dalam proses penjagaan alam, di sisi lain manusia juga berperan dalam merusaknya.
Ungkapan patah hati dan dorongan mungkin bisa disadari dari diri sendiri, mengambil bagian mulai dari menulis.
Puisi ini memadukan khayalan penjaga hutan berupa avatar dan pujangga bisa berkata-kata indah tanpa memahami keindahan yang segera tergusur.
Jam Avatar dan Pujangga Mati Sia-sia
Gusar angin terasa panas di Desember, belum lagi Agustus yang masih saja banjir.
Banjir umbul-umbul.
Pusaran waktu tak begitu pasti.
Lambat dan bergejolak.
Gejolak asmara atau hanya seberkas suara dalam alunan puisi pujangga yang mati sia-sia.
Dentingan jarum jam tak lagi ramah.
Apa sebab sudah terlalu tua atau baterai yang habis daya?
Waktu ingin menjawab, sayangnya dia bersahabat. Tak mungkin antar sahabat saling membuka baju, bukan?
Gusar angin menghanguskan daun, kering kerontang tak bersisa.
Ranting kesepian, sedang gergaji tengah bersiap memeluk hingga ke akar.
Bara tak akan bicara, dia hanya melahap dan hap-hap, jadi abu.
Sudah habis.
Hijau sudah tak berisi.
Berharap banjir menelan bara, sayangnya takdir tak menemukan mereka.
Berharap Agustus usai, ternyata kerontang tak begitu menyedihkan
Gejolak amarah atau keegoisan semata.
Belum lagi dentingan jarum yang terasa semakin cepat.
Apakah benar dia sudah tak berbaju lagi?
Pujangga yang mati sia-sia, tiba-tiba sudah pergi.
Entah ke alam barzakh atau hanya menyapa puisi congkaknya di dalam galaksi bima sakti.
Jarum jam melambat, aneh rasanya.
Ternyata dihambat bentala runtuh,
Apakah avatar telah ambil peran?
Sayangnya avatar tidak pernah ditemukan, sisanya makhluk biru di layar kaca.
Ah…hijau sudah habis.
Bioskop bilang mereka tinggal di sana.
Kalau habis, mana bisa hidup.
Avatar bukannya pengendali udara?
Ya. Benar. Dia tak tahan, muson yang dikendalikan.
Denting jam dicabut baterainya.
Beli yang baru, atau dia tidak berputar.
Tunggu? Jamnya yang dibeli?
Sekarang aku berharap pujangga itu kembali.
Supaya bisa menjelaskan kita sedang bicara apa ini.
Atau avatar saja yang kembali.
Ah tidak, beli baterai jam saja supaya tahu waktu yang telah kita habiskan.
Ternyata lebih sia-sia dari kematian Pujangga.
Apa yang bisa kamu temukan, semoga bisa menuntaskan hal-hal yang tak tuntas.
Meski demikian sulit, mari memulai untuk menemukan peran. Seperti avatar.
Menjaga pohon di hutan.
Menjaga jarum agar terus berjalan. ***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.