Bertemu Rumah Besar dan Emas Banyak, Cerpen Kehidupan: Tino Berakhir Gila dan Tak Tahu Di Mana

Photo Author
- Senin, 11 September 2023 | 17:30 WIB
Cerpen Tino Bertemu harta karun di tumpukan sampah saat malam (GENMUSLIM.id/dok: Canva)
Cerpen Tino Bertemu harta karun di tumpukan sampah saat malam (GENMUSLIM.id/dok: Canva)
 
GENMUSLIM.id— Kalau jalan-jalan, cobalah tengok ke kotak sampah rumah gedongan. Seperti dalam cerpen ini, Tino bertemu sesuatu.
 
Sesuatu yang seketika membuat diri Tino seperti selebriti, tetapi ya cerpen tetaplah cerpen. Semua tidaklah nyata.
 
Fiksi belaka tentunya adalah cerpen, tapi Tino mengalaminya dengan nyata. Meskipun di dalam cerpen.
 
Ingatlah! Lain kali coba periksa kotak sampah rumah-rumah besar, bisa punya wakil rakyat, pemimpin rakyat, atau uang rakyat.
 
 
Tidak masuk di dalam cerpen, ini hanya kata pengantar.
 
Mau tau Tino di dalam cerpen kisahnya bagaimana, tapi tunggu ini kisah atau cerita. Sudahlah ya, silakan membaca cerpen ini.
 
Berjalan di pinggir jalan setiap harinya membuat Tino selalu dapat bicara pada gelapnya malam, entah tentang betapa banyak manusia harus mencintai kehilangan sebelum kebahagiaan mendapatkan atau sekadar menyapa mobil yang lewat dengan cepat ke sana ke mari.
 
Pohon-pohon di pinggir jalan pada malam hari juga terlihat lebih rimbun di mata Tino yang merupakan seorang pemulung.
 
Lebih rimbun dari sayu-sayu matanya memandang dari jauh tumpukan sampah di sekitar rumah orang kaya.
 
 
Bukan tanpa sebab pinggir jalan menjadi teman baiknya hingga malam hari, tetapi ia merupakan pencari nafkah ulung yang keras mencari uang untuk makan dirinya sendiri.
 
Setiap malam, pohon seolah mengikutinya hingga sampai di dalam rumah, atau tidak jarang ia akan mengetuk pintu untuk masuk.
 
Malam ini berbeda, pohon sama rimbunnya tetapi hanya sebagian dan sebagian lagi sibuk malam Minggu bersama pacarnya.
 
Jalan ini begitu ramai tapi begitu sepi di mata Tino yang tak mengenal satu orang pun. 
 
Lelaki berperawakan kurus yang makan satu kali sehari ini melihat ke kanan dan ke kiri.
 
Memastikan tak ada keamanan yang melihatnya mengintervensi sampah dalam pembuangan tersebut.
 
Ia pernah mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan bersama keamanan yang harusnya mengayomi, ia dipikir pencuri dan ternyata salah sasaran.
 
 
Maaf pun tak datang ia hanya pulang dengan warna biru dan ungu di wajah, seusai itu ada trauma dalam kehidupan pemulungnya yang lebih memilih mencari sampah di pembuangan utama.
 
Padahal banyak sampah berharga yang biasa ada di rumah-rumah besar seperti saat ini. Ia melihat rumah itu seperti tidak berpenghuni, walaupun hanya menilai dari lampu redup dan mati di halaman.
 
Jalan semakin sepi, ia hanya duduk di pinggir. Berteman malam yang semakin gelap dan sautan jangkrik bernyanyi di rawa-rawa yang entah letaknya di mana.
 
Dari duduk hingga berbaring, sampai dipandangi sepasang muda mudi yang tengah dimabuk asmara hingga jam 12 malam baru pulang ke rumah.
 
Tino memberanikan diri mengorek tumpukan sampah dan melihat isinya, terdapat banyak sekali barang yang dapat dibawa pulang.
 
Malam itu menjadi berat untuknya yang membawa sekarung besar barang bekas dari hasil sampah rumah orang kaya itu.
 
 
Entah hasil korupsi atau jual narkotika. Yang jelas tidak nampak berisi manusia beretika. Bagaimana bisa rumah sebesar itu kosong, sedangkan banyak orang membutuhkan tempat berpulang.
 
Tino misalnya, hanya bisa meniduri kasur dari kardus dan atap dari papan. Sampah kadang ada di sampingnya dan pinggir jalan tidak jauh dari jengkal kepala.
 
Ia tidak sabar lagi membongkar tumpukan sampah yang telah berpindah ke dalam kotak kardus raksasa ini.
 
Tino membuka dengan sangat bersemangat hingga memecahkan sebuah kotak yang berisi banyak sekali perhiasan.
 
Sampah itu bukan sekadar sampah ternyata, jalan memang selalu memberi kejutan kepada Tino. Seusai itu ia begitu bergembira hingga mengumumkan hal tersebut ke seluruh penjuru selokan.
 
Ya, mirip seperti selokan atau biasa disebut 'gorong-gorong' atau bendungan air atau apa lah yang pantas, mendekati jalan. 
 
Tidak, lebih tepatnya di atas adalah jalan yang setiap malam akan terdengar lintasan mobil maupun motor, musim hujan datang jalannya beserta tempat tinggal mereka tegenang banjir. Bonusnya ada ikan-ikan imigran yang terpancing.
 
Perbaikan gizi tentunya, seperti kata menteri kelautan bahwa anak Indonesia haruslah memakan ikan sebagai gizi tambahan.
 
 
Seusai mengumumkan hal tersebut, ia disangka gila karena efek terlalu miskin dan lama di jalan. Bahkan ketidakwarasan seorang yang biasa memungut sampah dan tidur bersama ada disangkutpautkan. 
 
Virallah ia, datang psikologi hingga psikiater yang tentu, Tino sendiri tidak paham bedanya apa. Bahkan pembaca sendiri juga tidak begitu memahaminya.
 
Tino hanya celingak-celinguk melihat hal tersebut dan tak berapa lama kemudian ia lari menuju tumpukan kardusnya membongkar dan tidak lama kemudian ia diamankan.
 
Dibawalah ke Rumah Sakit Jiwa yang satu pekan setelahnya malah Tino menjadi benar-benar gila. 
 
Ternyata menjadi gila lebih baik daripada menjelajahi jalan. 
 
Mungkin ia tak bersahabat dengan gelap dan tak lagi hangat dengan dekapan jalan, tetapi ia bahagia tinggal makan tanpa ibadah. Sebab ia gila.
 
Harta Karun ya kemana? Hanya rumah papan Tino yang tahu seragam mana yang muat mengantonginya.***
 
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Febrilian Zulrahman, S. Kom

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X