GENMUSLIM.id- Lelaki itu masih terduduk lemas di tanah enggan beranjak dan menatap sendu ke arah nisan di hadapannya.
Ada penyesalan yang begitu membuatnya tersiksa di hadapan makam sang bapak. Waktu yang tak terulang membuat Candra menyesali hari-hari kemarin.
Menjadi anak lelaki satu-satunya seharusnya bisa selalu ada dan berbakti pada kedua orangtuanya. Namun, itu tidak dilakukan Candra dengan baik.
Sibuk mencari uang dan mengejar apa yang dia inginkan sampai lupa dan tidak peduli dengan rindu dan kondisi orangtuanya terutama bapak.
Baca Juga: Cerpen Series Bunga: Pesan-Pesan Indah di Balik Teratai dan Sebuah Cara Galuh Untuk Mengenang Bapak
Menjalani hidup di luar kota dan jarang sekali menghubungi orangtuanya yang diam-diam terluka dan kesepian merindukan anak mereka.
Penyesalan itu selalu terjadi di akhir dan apa yang sudah terjadi tidak akan bisa terulang. Waktu yang sudah berlalu akan berakhir di masa lampau.
Bapaknya sudah meninggal dan selama hidup Candra merasa belum bisa menjadi anak yang baik. Atau setidaknya dia belum menghabiskan banyak waktu dengan bapaknya.
Di sisa umur bapaknya Candra justru sibuk mengejar sesuatu yang dia sendiri tidak pernah tahu di mana ujungnya.
Waktu yang tak bisa diulang kini membawa Candra pada penyesalan yang begitu dalam.
Baca Juga: Cerpen Series Bunga: Setangkai Bunga Matahari untuk Ali Sebagai Bukti Kesetiaan Cinta Seorang Kinara
Dia ingat pesan untuknya dari bapak. Pesan terakhir yang dia dapat dari telepon beberapa hari lalu.
Bapaknya bilang pada Candra untuk selalu menjaga kesehatan di mana pun dia berada dan jangan lupa untuk beristirahat.
"Bapak endak minta yang muluk-muluk darimu, Can. Bapak cuma mau kamu jaga kesehatanmu, jangan lupa istirahat, dan selalu ingat tempatmu pulang. Di sini kami selalu nunggu kamu, Can. Kapan pun kamu mau pulang, bapak sama ibumu akan selalu jadi rumah untukmu, ya."