ragam

Bahaya Buzzer pada Kebebasan Pers Dan Independensi Media di Indonesia: Ancaman atau Evolusi Media?

Kamis, 9 Januari 2025 | 18:28 WIB
Fenomena Praktik Buzzer Yang Bisa Hancurkan Integritas dan Independensi Media (Foto: GENMUSLIM.id/dok: Musdzalifah Sukmawati/Canva)

Lebih jelas Rocky Gerung sebut jika seorang Buzzer bisa berasal dari mantan wartawan, jurnalis, reporter, mantan aktivis, mantan LSM yang kekurangan uang, dan dosen.

Mereka kemudian dimanfaatkan dengan iming iming bayaran tinggi. Lalu kemudian para Buzzer ini sembunyi-sembunyi di akun akun anonim dan menyebarkan propaganda.

Baca Juga: Tanggapan Rocky Gerung Soal Gus Miftah Hina Penjual Es Teh: Itu Pola Umum Bagi Orang yang Mendadak Berkuasa

Bagaimana Ini Mempengaruhi Kebebasan Pers?

1. Pengaburan Fakta

Buzzer sering kali memprioritaskan opini atau narasi yang menguntungkan pihak tertentu di atas fakta objektif.

Ketika media ikut terlibat, publik sulit membedakan mana berita yang benar-benar independen dan mana yang telah dimanipulasi.

2. Menurunnya Kepercayaan Publik

Media yang terlibat dalam kampanye buzzer dapat kehilangan kepercayaan dari pembacanya. Ini dapat mempengaruhi peran media sebagai penjaga demokrasi, karena publik mulai skeptis terhadap setiap berita yang disampaikan.

3. Tekanan pada Jurnalis Independen

Dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh buzzer, jurnalis independen menghadapi tekanan untuk mengikuti arus atau berisiko kehilangan pekerjaan. Hal ini mengurangi keberagaman perspektif dalam pemberitaan.

Baca Juga: PSSI Resmi Pecat Shin Tae Yong, Erick Thohir Umumkan Keputusan Mengejutkan di Konferensi Pers

Mengapa Media Bisa Terjebak?

Tekanan utama di era digital adalah adalah finansial, pendapatan iklan media konvensional menurun drastis, sehingga beberapa media mungkin tergoda untuk bekerja sama dengan buzzer demi menjaga kelangsungan operasional mereka.

Selain itu, minimnya regulasi yang jelas terhadap praktik ini juga memperparah situasi. ***

Halaman:

Tags

Terkini