Bunda takut kamu jatuh dan menimpa adik bayi,’" terang beliau.
Teknik ini membuat anak merasa dihargai dan diakui perasaannya, yang sangat penting bagi pemulihan emosinya.
Selain meminta maaf, dr. Aisah juga menekankan perlunya perencanaan aktivitas harian agar orang tua bisa lebih tenang dan tidak mudah terpancing emosi.
Orang tua disarankan membuat planning harian sejak malam sebelumnya, termasuk menentukan prioritas pekerjaan rumah tangga.
Baca Juga: Tangani BPD Tanpa Terapi, dr Aisah Dahlan Ungkap Tips untuk Menangani Gangguan Kepribadian Ambang
Dengan begitu, mereka bisa menghadapi hari esok dengan lebih siap dan minim tekanan.
“Ibu harus tahu, prioritas pertama adalah suami, kedua anak, baru urusan lainnya," ujar dr. Aisah.
Pola pikir ini membantu orang tua lebih fokus dan mencegah ledakan emosi yang tak terkendali.
Efek dari kemarahan orang tua bukan hanya sementara, melainkan dapat meninggalkan jejak mendalam pada otak anak.
Aisah menekankan, setiap bentakan atau hukuman fisik akan membekas dalam ingatan anak.
Oleh karena itu, orang tua yang ingin memperbaiki hubungan dengan anaknya harus memulai dengan introspeksi dan perubahan perilaku.
Menghentikan kebiasaan marah-marah bukan hanya membuat suasana rumah lebih damai, tapi juga memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal, baik secara kognitif maupun emosional.
Untuk orang tua yang sudah terlanjur sering marah, dr. Aisah mengingatkan agar tidak ragu meminta maaf kepada anak.
Selain memperbaiki hubungan, ini juga merupakan bagian dari proses penyembuhan diri anak dan orang tua sekaligus.
“Saat kita minta maaf dengan tulus, hubungan emosional dengan anak akan kembali terjalin, dan anak pun lebih mudah melupakan memori buruk yang pernah dialaminya," jelas dr. Aisah. ***