ragam

Bahaya! dr Aisah Dahlan Ungkap Dampak Luar Biasa dari Memarahi Anak yang Jarang Diketahui Orang Tua

Sabtu, 26 Oktober 2024 | 07:00 WIB
dr Aisah Dahlan menjelaskan tentang dampak buruk kemarahan pada anak dalam salah satu sesi tanya jawab yang diadakan secara daring. ((Foto: Genmuslim.id/dok: YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan, CHt))

GENMUSLIM.id - Dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit orang tua yang menganggap marah adalah reaksi wajar ketika anak berperilaku tidak sesuai harapan.

Namun, ternyata kemarahan berulang bisa memberikan dampak serius pada perkembangan otak dan emosi anak.

dr Aisah Dahlan, seorang pakar di bidang kesehatan mental dan parenting Islami, mengungkap bahwa kebiasaan memarahi anak bukan hanya menyakiti perasaannya tetapi juga berpotensi merusak koneksi saraf di otaknya.

"Anak yang dimarahi terlalu sering, terutama dengan bentakan, akan mengalami gangguan perkembangan otak karena saraf-sarafnya bisa ‘hangus'," jelas beliau.

Dilansir GENMUSLIM dari YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan, CHt, Sabtu, 26 Oktober 2024, efek ini bahkan dapat mempengaruhi kecerdasan dan kestabilan emosional anak di masa depan.

Menurut dr. Aisah, ketika orang tua memarahi anak dengan nada tinggi, otak anak menerima lonjakan listrik berlebihan.

Baca Juga: Tips Manajemen Waktu ala dr Aisah Dahlan agar Ibu Tidak Mudah Marah, Praktikkan supaya Disayang Anak

Lonjakan ini menyebabkan kabel-kabel saraf dalam otak berisiko terbakar, membuat fungsi kognitifnya menurun.

Dengan otak yang terus-menerus terpapar tekanan seperti ini, anak tidak hanya menjadi kurang pintar tetapi juga rentan mengalami gangguan mental, termasuk kecemasan dan perilaku impulsif.

Itulah mengapa, beliau menekankan pentingnya bagi orang tua untuk menghentikan kebiasaan marah-marah.

Tidak hanya itu, dr. Aisah menambahkan bahwa solusi utama untuk menghindari kerusakan mental anak adalah dengan meminta maaf secara spesifik kepada mereka.

Orang tua perlu menyebutkan dengan jelas peristiwa yang memicu kemarahan.

Hal ini membantu anak untuk mengidentifikasi memori yang ingin direvisi, sehingga proses healing atau penyembuhan emosional dapat berjalan lebih efektif.

"Katakan kepada anak, misalnya: ‘Bunda minta maaf karena kemarin teriak saat kamu loncat di tempat tidur.

Halaman:

Tags

Terkini