GENMUSLIM.id – Dr. Abderrahman Zakir Al Hashmi seorang konsultan psikologi pendidikan mengangkat isu menarik tentang gaya hidup mewah dan konsumsi pakaian yang berlebihan di kalangan wanita.
Meski kita sering mengutip hadis Nabi Muhammad SAW bahwa "Allah itu indah dan menyukai keindahan", kita perlu memahami batasan dalam hal ini.
Wanita sering terjebak dalam hasrat untuk terus mempercantik diri dengan membeli pakaian baru, tanpa menyadari dampak psikologis dan sosial dari tindakan ini.
Baca Juga: Pelepasan Jamaah Haji TNI AU 2024 M, Kasau Beri Pesan Mendalam Sebelum Jamaah Ke Tanah Suci
Al Hashmi mengusulkan ide sederhana: jika setiap wanita memiliki tujuh setelan pakaian untuk setiap hari dalam seminggu dan tambahan lima setelan untuk acara khusus, apakah mereka akan puas?
Ternyata, tidak semua wanita bisa menerima batasan ini. Konsumerisme yang terus menerus ini tidak hanya mencerminkan ketidakmampuan mengendalikan keinginan.
Tetapi juga menunjukkan lemahnya kekuatan mental dalam menahan godaan materialisme.
Ia menggambarkan bahwa anak-anak dari keluarga kaya yang terlalu dimanjakan sering kali kehilangan kepekaan sosial.
Mereka tumbuh menjadi individu yang hanya peduli pada kenikmatan pribadi, seperti memakan makanan favorit dengan tambahan saus kesukaan.
Baca Juga: Awas, Jangan Diabaikan! Mimpi Bertemu Orang yang Kita Suka Bisa Jadi Sinyal dari Dalam Tubuh!
Sebaliknya, anak-anak dari latar belakang sosial yang lebih sederhana sering kali lebih peduli pada kesejahteraan orang lain, menunjukkan rasa empati dan perhatian yang lebih besar.
Masalahnya bukan hanya tentang memiliki uang untuk membeli pakaian, tetapi juga tentang bagaimana cara kita mendidik anak-anak kita.
Orang tua yang terus menerus memberikan semua yang diinginkan anak-anak tanpa mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam sebenarnya melakukan kejahatan terhadap masa depan mereka.
Al Hashmi menyebut ini sebagai "uji coba kelimpahan", di mana orang yang diberi terlalu banyak tanpa batasan akan kehilangan kekuatan mental untuk menahan diri.
Di sisi lain, ia juga mengangkat isu etika dalam produksi pakaian.