GENMUSLIM.id - Siapa yang diantara kita ketika membuka sosial media bersliweran informasi bahkan membaca ramalan misalnya zodiak atau shio?
Atau pernahkah anda mendengar informasi berita seputar tentang peramal A meramalkan nasib si Fulan atau ada kejadian-kejadian di negeri ini akibat pernyataannya?
Barangkali pernah. Namun, sebenarnya bagaiman jika ditinjau dari hukum Islam?
Dalam Munas (Musyawarah Nasional ) MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H/26-29 Juli 2005 M, MUI Memandang bahwa saat ini semakin banyak praktik perdukunan dan peramalan yang marak beredar di Tengah Masyarakat seperti media massa, baik cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan hal-hal tersebut termasuk saat ini sosial media.
Pada masa itu mungkin tidak semasif sekarang karena belum adanya teknologi dan sosial media. Namun pada saat ini masih relevan dan Hal ini tentu saja meresahkan umat serta dapat menjurus kepada perbuatan syirik.
Perbuatan syirik (menyekutukan Allah), dosa paling besar yang tidak diampuni Allah SWT.
Untuk menjaga kemurnian tauhid dan menghindarkan Masyarakat dari aktivitas yang dapat membawa kepada kemusyrikan, MUI Indonesia telah menetapkan fatwa tentang perdukunan (kahanah) dan peramalan (‘iraafah) untuk dijadikan pedoman.
Adapun Fatwa Majelis Ulama Indonesia adalah Nomor: 2/Munas VII/MUI/6/2005 Tentang Perdukunan (Kahanah) dan Peramalan (‘Iraafah) dikutip dari website HalalMUI.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. Al-Nisa’: 48)
Dalam surat lain disebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 116)