Nabi Musa (Tantangan dari Ayah Angkat yang Kejam)
Nabi Musa menghadapi situasi yang tidak kalah sulit. Sejak kecil, beliau diasuh oleh Fir’aun, seorang penguasa yang kejam dan tiran.
Fir’aun tidak hanya memperbudak Bani Israel, tetapi juga mengklaim dirinya sebagai Tuhan.
Meski begitu, Nabi Musa tetap diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Fir’aun dengan penuh kelembutan.
Allah berfirman:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Thaha: 44)
Meskipun Fir’aun adalah sosok yang sangat toxic, Nabi Musa tetap diinstruksikan untuk berbicara dengan penuh rasa hormat dan lemah lembut.
Ujian hidup, terutama yang datang dari orang-orang terdekat seperti keluarga, tidak bisa dihindari.
Namun, sikap yang kita ambil dalam menghadapinya yang akan menentukan masa depan kita.
Para Nabi tidak menjadikan "keluarga toxic" sebagai alasan untuk menyerah atau merasa kecil hati. Mereka justru bangkit, berkembang, dan menjadi pribadi yang luar biasa.
Ujian dari keluarga seharusnya tidak membuat kita terjebak dalam trauma berkepanjangan. Sebaliknya, masalah tersebut bisa menjadi sumber pertumbuhan yang luar biasa jika kita menghadapinya dengan kesabaran, kasih sayang, dan hati yang lapang.
Nabi Ibrahim, Yusuf, dan Musa adalah teladan tentang bagaimana menghadapi keluarga toxic tanpa harus terjerumus dalam balas dendam atau kebencian.
Baca Juga: Pernah Terjabak Toxic Relationship? Cara Memilih Jodoh Dalam Islam, Jangan Sampai Sakit Hati