Inspirasi Liburan Anti Mainstream, Inilah Lima Tradisi Unik yang Harus Kamu Ketahui!

Photo Author
- Selasa, 18 Juli 2023 | 15:52 WIB
Tradisi Tabuik dari Sumatera Barat (GENMUSLIM.id/dok: RedDoorz)
Tradisi Tabuik dari Sumatera Barat (GENMUSLIM.id/dok: RedDoorz)
GENMUSLIM.id- Indonesia memiliki berbagai macam tradisi daerah yang turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi untuk terus diingat dan dilakukan serta cocok untuk dijadikan inspirasi liburan anti mainstream.
 
Pada umumnya, tradisi memiliki unsur kebudayaan yang kuat mencakup kearifan lokal dan memiliki manfaat spiritual bagi masyarakat yang melakukan. 
 
Tradisi juga tidak jarang menjadi simbol suatu suku atau masyarakat di suatu daerah.
 
Menurut data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2010, jumlah suku di Indonesia mencapai lebih dari 300 kelompok etnik, tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa.
 
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
 
Banyak tradisi dilakukan sebagai bentuk kerukunan maupun penghormatan yang menjadi pengingat tersendiri bagi kita untuk selalu bangga dan ikut melestarikan tradisi yang dimiliki berbagai macam suku dan wilayah tersebut sejak zaman dahulu. 
 
Ada lima tradisi daerah yang jarang diketahui orang banyak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 
 RedDoorz, pada Selasa 17 Juli 2023, berikut lima tradisi tersebut.
 
 
1. Tradisi Tabuik, Sumatera Barat
 
Tradisi asal Kota Pariaman, Sumatera Barat ini sudah berlangsung sejak abad ke-19 Masehi. 
 
Kata tabuik diambil dari bahasa Arab yakni tabut yang artinya peti kayu. 
 
Secara simbolik upacara ini menggambarkan kebesaran Allah SWT yang membawa terbang jenazah Husein ke langit dengan buraq karena meninggal mengenaskan dalam Perang Karbala.
 
Tradisi ini dilaksanakan secara besar-besaran karena melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan hingga puncak acara.
 
Dimulai pada tanggal 1 Muharram hingga 15 Muharram, tradisi Tabuik dimulai dengan mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, yaitu prosesi menyambungkan badan Tabuik dan pernak-perniknya.
 
2.  Tradisi Mekare-kare, Bali
 
Bali memiliki kebudayaan yang sarat akan makna, salah satunya yaitu tradisi Mekare-kare atau yang biasa disebut Upacara Perang Pandan dari Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem. 
 
Upacara ini merupakan bentuk persembahan yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap Dewa Indra, yang merupakan dewa perang dalam kepercayaan Hindu di Bali, serta untuk penghormatan para leluhur.
 
Upacara ini biasanya dilakukan tiap tahun pada sasih kalima atau jika dikonversi ke dalam kalender Masehi berlangsung setiap sekitar bulan Juni. 
 
Perang Pandan akan diawali dengan upacara memohon keselamatan, lalu upacara dimulai dengan aba-aba pemimpin adat Desa Tenganan. 
 
 Selepas pertandingan, sudah dipastikan tidak ada amarah ataupun dendam karena peserta melakukan dengan ikhlas sebagai bagian dari upacara adat. 
 
 
3. Tradisi Bau Nyale, Nusa Tenggara Barat
 
Siapa yang pernah menyangka bahwa di Nusa Tenggara Barat terdapat tradisi unik menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok. 
 
Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun setiap tanggal 20 di bulan 10 pada penanggalan Suku Sasak (Rowot Sasak) atau di sekitar bulan Februari pada kalender masehi. 
 
Dalam tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut (nyale) yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. 
 
Mandalika sendiri dikenal sebagai putri cantik yang menghanyutkan diri ke laut lepas guna menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya.
 
Tiap tahunnya, tradisi Bau Nyale diselenggarakan di sepanjang pantai bagian selatan hingga timur. Mulai dari Pantai Kaliantan, Pantai Seger, hingga Pantai Aan. 
 
4. Tradisi Dugderan, Semarang, Jawa Tengah
 
Kita akan memasuki bulan suci Ramadhan dalam beberapa minggu lagi.
 
Terdapat hal menarik yang dilakukan warga Semarang dalam menyambut bulan suci ini.
 
Masyarakat Semarang memiliki tradisi unik yang disebut dugderan yang sudah ada sejak masa kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat atau Bupati Purbaningrat pada tahun 1881. 
 
Tradisi ini pada awalnya muncul akibat perbedaan pendapat masyarakat mengenai penetapan dimulainya bulan suci Ramadhan.
 
Dilansir dari situs PPID Kota Semarang, tradisi dugderan diawali dengan upacara dan penampilan para penari, lalu disusul oleh arak-arakan warak ngendog, sebuah mahluk yang menyerupai badak yang bertelur.
 
 
5.Tradisi Seba, Lebak, Banten 
 
Siapa disini yang tidak asing dengan suku Badui? Suku yang berasal dari Lebak, Banten ini ternyata memiliki tradisi unik yang mungkin jarang diketahui orang banyak lho, yaitu Upacara Seba.
 
Upacara ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah kepada Yang Maha Kuasa serta harapan akan keselamatan.
 
Upacara ini dapat diartikan sebagai kunjungan resmi masyarakat Badui setelah musim panen. 
 
Adapun rangkaian dari upacara ini didahului oleh upacara Kawalu, yaitu ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah. 
 
Lalu  acara dilanjutkan dengan Ngalaksa, yang mana pada prosesi ini masyarakat Badui akan bersilaturahmi kepada kerabat sambil membawa hasil panen. ***
 
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Liputan khusus

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X