Akibatnya, murid justru kebingungan dan tidak bisa mencapai tujuan belajar mereka.
Metode yang diajarkan oleh guru yang baik adalah dengan memberikan materi sesuai kebutuhan murid.
Misalnya, dalam belajar Nahwu Sharaf, murid hanya perlu mempelajari kaidah-kaidah yang relevan untuk bisa membaca kitab gundul.
Setelah itu, barulah murid bisa melangkah ke tahap selanjutnya, seperti memahami teks-teks lanjutan atau mempelajari kitab-kitab yang lebih kompleks.
Pendekatan bertahap ini akan membantu murid dalam meraih pemahaman yang lebih baik.
Di beberapa pondok pesantren, ada metode belajar intensif melalui dauroh bahasa Arab.
Ustadz Dzulqarnain mencontohkan pengalamannya di Makassar, di mana murid-murid dapat membaca kitab gundul hanya dalam waktu singkat, seperti dua pekan, melalui bimbingan intensif.
Metode seperti ini dapat menjadi alternatif bagi mereka yang ingin belajar dengan cepat dan efisien.
Baca Juga: Nahwu Shorof: Yuk Kenali Lebih Jauh Isim Ghoiru Munshorif Beserta Penjelasan dan Contoh-contohnya!
Namun, belajar bahasa Arab tidak hanya soal semangat atau intensitas. Kunci utamanya adalah ketekunan dan konsistensi.
Ustadz Dzulqarnain menekankan pentingnya tetap mengikuti kajian atau taklim pekanan, karena belajar secara teratur akan memperkuat pemahaman dan mengasah kemampuan.
Selain itu, belajar bahasa Arab melalui sumber tambahan seperti YouTube atau media lainnya bisa menjadi pendukung, namun tetap tidak bisa menggantikan peran guru secara langsung.
Bagi pelajar yang sering merasa kehilangan motivasi, Ustadz Dzulqarnain mengingatkan bahwa bahasa Arab adalah ilmu yang Allah mudahkan bagi mereka yang Allah kehendaki.
Artinya, siapa saja yang sungguh-sungguh ingin mempelajarinya dan memohon taufik dari Allah akan dimudahkan jalannya.
