Guru yang mengaku meningkatkan kualitas diri, harusnya kualitas dari Ruhaniyah terlebih dahulu, kemudian baru kapasitas keilmuan.
Karena keilmuan yang tak dibangun dengan ruhiyah yang baik, akan loyo dan gampang ambruk. Sehingga tidak kokoh menjadi tegakan yang patut dicontoh. Justru harus "dimusnahkan".
- Nilai siswa harus bagus
Ini persepsi yang salah, karena setiap anak punya kemampuan masing-masing.
Ada yang di akademik ada yang di non akademik, sehingga nilai raport jelek bukan berarti anak itu bodoh, tapi punya bakat yang belum tergali saja.
- Guru adalah pendidik
Nah, mindset yang harus dilatih adalah guru sebagai pendidik. Guru itu murobbi, pembina yang memberikan teladan baik bagi siswanya.
Guru juga mampu menolong siswanya yang kesulitan, tidak egois dan tidak sombong.
- Guru spesialis
Peran Guru tidak boleh hanya bisa satu hal, guru harus multitalenta, karena guru akan jadi orang yang ditiru dan dikagumi.
Kalau hati siswa sudah diambil, maka guru akan mudah dituruti ucapannya.
Ini adalah kritik bagi guru yang menganggap aspek akhlak ini kurang penting, karena kebanyakan kita terfokus pada kebiasaan administrasi di sekolah.
Konsep-konsep yang dibuat, dianggap sebagai senjata ampuh dalam mendidik siswa.
Padahal peran guru tidak sesimpel itu, karena sebelum menjadi orang yang digugu dan ditiru, kita harus bisa membenahi diri pribadi.
Maka dari itu, mari sebagai guru, baik itu guru di sekolah maupun di luar sekolah, seperti guru ngaji, seorang bapak, seorang kakak, dan lain lain, juga memiliki peran sebagai guru.
Kita tingkatkan kualitas diri, dan kapasitas kemampuan mendidik kita, agar bisa menciptakan generasi emas Indonesia. ***