GENMUSLIM.id – Empat bulan telah berlalu sejak kali pertama pecahnya konflik Israel dan Palestina.
Serangan udara dari Israel telah banyak memakan korban dari warga sipil Palestina, tak terkecuali perempuan, anak-anak, dan para lansia.
Ketika berbicara tentang kondisi Palestina dan Israel saat ini, sudah tidak lagi hanya berkaitan masalah agama namun lebih jauh lagi ke persoalan kemanusiaan.
Baca Juga: HEBAT! Dapat Julukan Anak Newton di Palestina. Hossam: Tapi, Mereka Tidak Peduli pada Penemuan
Dikutip GENMUSLIM dari berbagai sumber Rabu, 7 Februari 2024, tercatat sebanyak 27.478 korban meninggal dunia dan 66.835 orang Palestina yang mengalami luka-luka.
Selain itu UNICEF menyatakan melalui laman resminya Jumat, 2 Februari 2024, bahwa terdapat sekitar 17.000 anak di Jalur Gaza, Palestina yang tidak memiliki pendamping dan terpisah dari keluarganya.
Berikut pernyataan Jonathan Crickx, Kepala Komunikasi UNICEF untuk Palestina, dalam laman UNICEF pada Jumat, 2 Februari 2024.
“Dari 12 anak yang saya jumpai atau wawancarai, lebih dari setengahnya telah kehilangan anggota keluarga dalam perang ini. Tiga anak kehilangan orang tua, dua diantaranya kehilangan ayah dan ibunya sekaligus. Di balik setiap statistik ini terdapat seorang anak yang harus menerima kenyatan baru yang mengerikan.”
Kondisi yang dihadapi anak-anak di Palestina dapat dijadikan momentum untuk mengajarkan anak tentang empati.
Mengapa Penting Mengajarkan Anak tentang Empati?
Empati berarti bahwa seseorang mampu menempatkan dirinya di tempat orang lain dan memahami apa yang sedang dirasakan atau dialami orang tersebut.
Empati merupakan salah satu pembeda antara kita sebagai manusia dan robot ataupun binatang.
Berikut adalah alasan mengapa penting mengajarkan anak tentang empati, dikutip dari laman Goodstart Early Learning :
- Membantu anak membangun rasa aman dan hubungan yang kuat dengan anak lainnya dan guru, sehingga menempatkan mereka dalam posisi yang baik untuk belajar.
- Mendorong toleransi dan penerimaan terhadap orang lain.
- Meningkatkan kesehatan mental.
- Mendorong keharmonisan sosial dan dapat mengurangi kemungkinan bullying atau perundungan.