GENMUSLIM.id - Sosok ilmuwan muslim Ibnu Sina yang dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat, muncul sebagai satu tokoh cemerlang yang membawa sinar kemajuan pada beberapa abad yang lalu.
Pemikiran-pemikiran Ibnu Sina yang mendalam telah menjadi pondasi bagi perkembangan sains modern.
Ibnu Sina, atau Abu Ali al-Hussain Ibn Abdallah Ibn al-Hassan Ibn al-Ali Ibn Sina, lahir pada tahun 980 Masehi di Afshana, dekat Bukhara di Asia Tengah, yang sekarang merupakan bagian dari Uzbekistan.
Pada usia yang luar biasa muda, tepatnya 10 tahun, Ilmuwan Muslim Ibnu Sina sudah mampu membaca Al Quran.
Kehebatannya semakin terlihat saat Ibnu Sina menguasai pengetahuan medis kontemporer dan mulai mempraktikkannya pada usia 16 tahun.
Baca Juga: Muslim Harus Tau! Prinsip-prinsip Bekerja Keras dalam Pandagan Agama Islam, Baca Selengkapnya!
Sebagaimana dilaporkan oleh Encyclopedia, Ibnu Sina memiliki perjalanan hidup yang cemerlang.
Selain menjadi ahli hukum di Ray dan dokter serta wazir Pangeran Syams al-Dawlah dari Hamadan, Ibnu Sina bahkan mengalami masa penahanan setelah kematian Syams al-Dawlah.
Kebebasannya baru diperoleh ketika Ala al-Dawla dari Isfahan sementara menguasai kota tersebut.
Ibnu Sina melanjutkan karirnya sebagai dokter Ala al-Dawla hingga akhir hayatnya, meninggal karena penyakit misterius pada tahun 1037 di Hamadan.
Salah satu karya monumental Ibnu Sina yang mengukir namanya dalam sejarah kedokteran adalah Al Qanun fil Tibb.
Ensiklopedia kedokteran tersebut terdiri dari lima buku dan memberikan tinjauan sistematis serta sintesis dari semua pengetahuan medis saat itu.
Baca Juga: Menjaga Silaturahmi dalam Ajaran Agama Islam: Pentingnya Hubungan Harmonis dalam Masyarakat
Dalam Al Qanun fil Tibb, Ibnu Sina merumuskan peraturan kesepakatan, perbedaan, dan variasi bersamaan, termasuk aturan untuk mengisolasi penyebab dan menganalisis efek kuantitatif.