GENMUSLIM.id – Tak sedikit orang tua yang rela merogoh kocek ‘dalam-dalam’ demi bisa menyekolahkan anak ke sekolah terbaik.
Mulai dari sekolah Internasional, sekolah berbasis agama hingga sekolah negeri yang berstatus “Sekolah Terbaik” menjadi incaran bagi para orang tua sebagai tempat menempa anak mereka.
Harapan orang tua pada umumnya cuma satu, “Sekolah terbaik akan membuat anak mereka memiliki masa depan yang baik”.
Akan tetapi, pakar Parenting dari Harvard University, Jennifer Breheny Wallace justru berpendapat tidak ada yang namanya sekolah terbaik untuk anak.
Baca Juga: Pentingnya Bimbingan Bijak Orang Tua dalam Menghadapi Fenomena Pacaran Remaja, Simak Penjelasannya!
Malahan, menurut Jennifer Breheny Wallace, tekanan yang didapatkan anak saat bersekolah ditempat ‘elite’, cenderung dapat menganggu kesehatan mental dari si buah hati.
Kesalahan ‘pemahaman parenting’ dari orang tua terkait memilihkan sekolah terbaik untuk anak, banyak dialami oleh anak-anak di Amerika Serikat saat ini.
“Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa ada yang namanya 'perguruan tinggi yang bagus',” kata Wallace, dikutip GENMUSLIM dari CNBC, Sabtu, 18 November 2023.
Bisa jadi, pendidikan yang dianggap orangtua jalan menunju kehidupan yang sukses untuk anaknya di masa dewasa malah memperburuk keadaan.
Bahkan, pakar parenting dari Harvard University tersebut malah berusaha melakukan itu pada ketiga anaknya untuk mengurangi stres.
Baca Juga: Ketika Si Kecil Mengalami Food Neophobia: Menguak Misteri Parenting Mengapa Anak Enggan Makan Sayur
Jennifer Breheny Wallace sengaja membiarkan anak-anaknya untuk memilih sendiri sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan.
Lebih lanjut, Jennifer Breheny Wallace berpendapat bahwa peringkat sekolah maupun perguruan tinggi bersifat subyektif, dan kesuksesan serta kebahagiaan anak di masa depan tidak bergantung pada sekolahnya.
"Anda dapat menyelamatkan anak-anak Anda, dan diri Anda sendiri, dari stres dengan menghilangkan mitos bahwa prestise perguruan tinggi adalah rahasia kesuksesan,” kata Jennifer Breheny Wallace.
