GENMUSLIM.id – Ada banyak metode pola asuh yang dapat diterapkan oleh para orang tua, salah satunya adalah metode elephant parenting.
Metode elephant parenting pertama kali dikenalkan oleh seorang penulis dan blogger asal Amerika Serikat bernama Priyanka Sharma-Sindhar pada tahun 2014.
Priyanka mengintroduksi elephant parenting setelah tertarik mengamati bagaimana ibu gajah dalam membesarkan anak-anaknya.
Menurut hasil pengamatan Priyanka, gajah mengasuh anak-anaknya dengan menerapkan pendekatan fleksibel daripada menerapkan aturan dan disiplin yang ketat.
Baca Juga: 7 Metode Parenting Nabi Ibrahim Dalam Al - Quran Perspektif Tafsir Maqasidi Ibnu Asyur
Dalam pengasuhan, ibu gajah selalu berada di dekat anaknya pada tahun pertama kehidupannya. Ibu gajah dengan sigap menolong anaknya ketika mereka terpeleset di lumpur saat sedang belajar berjalan.
Gajah juga bergantung pada kelompok sosialnya untuk mendapatkan dukungan satu sama lain dalam membesarkan anak.
Kemudian Priyanka berpendapat bahwa manusia dapat meniru cara gajah dalam merawat anak-anaknya.
Dapat diartikan, elephant parenting mengacu pada pola asuh yang memprioritaskan kebahagiaan dan keamanan emosional anak di atas segalanya.
Dalam elephant parenting, orang tua mengadopsi pemikiran membiarkan anak berkembang dengan kecepatannya sendiri, sehingga mereka tidak akan terganggu dengan pencapaian anak lain, seperti kemampuan mengikat tali sepatu atau mengancingkan kemeja.
Contoh penerapan elephant parenting adalah ketika anak membawa pulang ujian dengan nilai rendah, orang tua akan bertanya bagaimana perasaan anak terlebih dahulu dibandingkan menanyakan alasan mengapa anak kesulitan dalam ujian.
Ketika elephant parenting diterapkan dengan baik, maka kecerdasan dan kesadaran emosional yang dipupuk akan menghasilkan dampak yang positif bagi anak.
“Kesadaran emosional membantu anak meningkatkan komunikasi, kemandirian, empati, dan kepercayaan diri,” kata Anjaili Ferguson, Ph.D, psikolog dan fakultas psikologi di Virginia Leadership Education in Neurodevelopmental Disabilities Program.
“Penelitian menunjukkan bahwa tingginya kecerdasan emosional pada anak-anak merupakan prediktor kesuksesan yang lebih baik daripada kecerdasan akademis,” Tambah Ferguson.