Padahal, seharusnya mereka berhak untuk menyampaikan pendapat terkait kualitas makanan yang mereka terima, terutama jika itu menyangkut kesehatan mereka.
Pentingnya evaluasi program makan bergizi gratis ini juga disuarakan oleh sejumlah pihak yang khawatir dana yang dialokasikan tidak digunakan dengan tepat.
Mereka menyarankan agar alokasi dana ini diaudit secara transparan, agar tidak ada penyelewengan.
Program makan bergizi gratis, yang biayanya diperkirakan mencapai 71 triliun per tahun, seharusnya memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh anak-anak Indonesia, bukan hanya bagi sebagian mereka.
Sementara itu, kritik terhadap program makan bergizi gratis ini juga terkait dengan ketidaksesuaian antara anggaran dan kualitas makanan yang diberikan.
Dengan anggaran yang cukup besar, seharusnya setiap siswa bisa mendapatkan makanan yang berkualitas dan bergizi.
Namun, kenyataannya, banyak anak yang melaporkan bahwa makanan yang mereka terima tidak sesuai dengan standar yang diharapkan.
Sebagai contoh, beberapa anak mengeluhkan rasa sayur yang tidak enak dan lauk yang basi.
Kritik lainnya datang dari kalangan pendidik dan masyarakat umum, yang menyarankan agar program ini tidak hanya fokus pada pemberian makanan, tetapi juga pada peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Sebagai penutup, meskipun program makan bergizi gratis ini memiliki niat baik untuk membantu anak-anak yang kurang mampu, pelaksanaan yang tidak merata dan kualitas yang belum memadai membuat program ini layak untuk dievaluasi lebih lanjut.
Untuk itu, Anwar Abbas dan sejumlah pihak lainnya menyarankan agar program makan bergizi gratis ini dihentikan sementara dan dilakukan perbaikan mendalam agar ke depannya dapat bermanfaat untuk seluruh anak Indonesia tanpa diskriminasi.***