GENMUSLIM.id - Belakangan ini, dunia maya dihebohkan dengan sebuah video yang menampilkan Gus Miftah, seorang pendakwah yang dikenal dengan gaya ceramahnya yang humoris dan blak-blakan.
Dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat membuat guyonan yang menyinggung seorang penjual es teh, yang langsung menuai banyak perhatian dari publik.
Video tersebut segera menjadi viral dan memicu berbagai reaksi, baik dari netizen maupun kalangan tokoh publik salah satunya Ustad Felix Siauw.
Dilansir dari Instagram Genmuslim.id pada 10 Desember 2024, Ustadz Felix Siauw menghadiri podcast Deddy Corbuzier, di mana dalam kesempatan tersebut, ia justru menyoroti fenomena penjual es teh yang belakangan ini viral.
Baca Juga: Ternyata Ini Kekhawatiran yang Dirasakan oleh Ustadz Felix Siauw Sebagai Ayah Sekaligus Pemuka Agama
Ia menyatakan bahwa tindakan penjual es teh yang memamerkan kondisi mereka di pengajian seolah-olah mengharapkan simpati atau bahkan merasa layak untuk diberi bantuan, yang ia anggap mencerminkan mentalitas seperti pengemis.
Ustadz Felix menyampaikan keprihatinannya tentang bagaimana fenomena ini bisa mempengaruhi pandangan publik terhadap para pedagang kecil dan mentalitas mereka dalam menjalankan usaha.
“Jangan samain perlakuan kita ke orang-orang ini justru menimbulkan masalah baru, nah nanti akan ada banyak orang-orang yang merasa dirinya lebih susah dan lebih perlu bantuan dan pasti lebih banyak yang perlu bantuan yang datang ke dia sehingga menimbulkan kebiasaan mental pengemis” ucap Ustad Felix Siauw.
Meskipun demikian, Ustadz Felix juga tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa sebagian orang mungkin memang sedang menghadapi kesulitan ekonomi.
Baca Juga: Bolehkah Kita Mendesain dan Merancang Kematian Sendiri? Ini Penjelasan dari Ustadz Felix Siauw
Namun, ia tetap mengajak masyarakat untuk lebih bijaksana dalam menyikapi fenomena seperti ini, serta menegaskan pentingnya mentalitas kerja keras yang sehat dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Fenomena viral ini juga dapat dijadikan bahan refleksi bagi semua pihak, baik pedagang, konsumen, maupun tokoh publik, untuk lebih bijaksana dalam bertindak dan berbicara.
Sebagai masyarakat, kita seharusnya dapat membangun budaya yang saling mendukung dan menghargai, bukan hanya dengan memberikan simpati semata, tetapi juga dengan menghormati perjuangan setiap individu dalam mencari nafkah.
Akhirnya, meskipun kontroversi ini sempat memicu perdebatan, hal tersebut juga membuka peluang bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya mentalitas usaha yang mandiri dan penuh integritas.