"Penasihat itu bilang, ‘saya hanya minta satu butir beras di kotak pertama, dua di kotak kedua, empat di kotak ketiga, dan seterusnya’," kata Tom menuturkan cerita tersebut.
Awalnya, sang raja menganggap permintaan itu sederhana. Namun, seiring waktu, jumlah beras yang diminta berlipat ganda hingga membuat seluruh kerajaan kewalahan.
"Petugas kerajaan panik, bilang ke raja, ‘satu kerajaan kita tidak cukup untuk memenuhi permintaan sebutir beras itu’, kata petugas kerajaan," tutur Tom Lembong.
Menurutnya, kisah itu bisa menjadi analogi tentang perubahan bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal kecil, jika dilakukan konsisten, akan melahirkan dampak yang besar.
"Itulah perubahan yang berjalan, mulai dari 1 menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, dan seterusnya," jelas Tom Lembong.
Eks Mendag RI itu lantas menambahkan, tuntutan mengenai perubahan yang awalnya tampak kecil bisa tumbuh menjadi gerakan besar yang tidak terbendung.
"Seperti analogi tadi, sebutir beras jika sudah memenuhi setengah bagian kotak catur, gelombang akan semakin besar dan tidak terbendung," ungkap Tom Lembong.
Pada akhirnya, pernyataan Tom Lembong ini menyoroti bagaimana aspirasi publik yang lahir dari aksi demonstrasi bisa berkembang menjadi tuntutan yang lebih luas.
Di sisi lain, hal tersebut menggambarkan pentingnya konsistensi perbaikan pemerintah dalam mendorong perubahan sistem yang lebih baik, termasuk bagi kepentingan masyarakat Indonesia.***