Dia juga menyoroti bahwa pembubaran BUMN akan mengakibatkan kehilangan pekerjaan bagi 1,6 juta orang, ditambah dengan anggota keluarga mereka, yang menurutnya merupakan isu yang tidak sehat.
"BUMN itu agent of change atau tempat perubahan dengan munculnya banyak investasi awal seperti kereta api, airport, ataupun saat COVID dengan membagikan vaksin gratis kepada masyarakat. Yang jelas, jika dibubarkan maka 1,6 juta hilang pekerjaan, ditambah keluarganya, ini menurut saya isu yang tidak sehat," tambah Erick.
Erick memberikan penegasan bahwa BUMN saat ini beroperasi dengan baik.
Dia menambahkan bahwa tugas-tugas yang diberikan oleh pemerintah telah dilaksanakan dengan sukses.
Menurutnya, kinerja BUMN saat ini menunjukkan efektivitas dan efisiensi dalam operasionalnya.
Erick Thohir, selaku Menteri BUMN, mengakui bahwa dalam setiap operasional, tentu ada ruang untuk peningkatan dan tidak ada yang sempurna.
Namun, dia menekankan bahwa kita harus melihat hasil yang telah dicapai oleh BUMN hingga saat ini.
Menurut Erick, BUMN telah berhasil mencetak laba sebesar Rp 250 triliun.
Angka tersebut bukan hanya menunjukkan kinerja finansial yang kuat, tetapi juga kontribusi signifikan yang telah diberikan BUMN kepada negara.
Laba ini, seperti yang dijelaskan oleh Erick, digunakan untuk mendanai berbagai program pemerintah yang sedang berjalan.
Program-program ini mencakup berbagai sektor penting dalam masyarakat, seperti kesehatan dan pangan.
Dengan demikian, BUMN tidak hanya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi juga terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
"Jika dinilai ada kekurangan, memang tidak ada yang sempurna. Tapi kita lihat hasilnya hari ini sudah terbukti bagaimana BUMN itu bisa untung Rp 250 triliun, sudah memberikan kontribusi besar, kepada negara yang dipakai untuk program-program yang sedang dilakukan pemerintah, seperti program kesehatan, pangan," tegasnya.