GENMUSLIM.id – Maksud hati ingin meningkatkan elektabilitas, sayangnya penunjukan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres justru berdampak buruk bagi Prabowo Subianto.
Seperti diketahui, dikutip GENMUSLIM, Selasa, 7 November 2023, Charta Politika merilis hasil survei terbaru untuk capres-cawapres; termasuk pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Hasilnya, berdasarkan Charta Politika menunjukkan bahwa Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapat 34,7 persen, kalah dibanding pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapat elektabilitas tertinggi yakni 36,8 persen, sedangkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (24,3 persen) dengan responden yang tidak menjawab sebanyak 4,3 persen.
Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi, memperkirakan bahwa penurunan elektabilitas Prabowo-Gibran merupakan konsekuensi dari semakin tingginya kesadaran publik bahwa telah terjadi intervensi kekuasaan dalam meloloskan nama Gibran seusai putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Seperti yang diketahui bersama bahwa lahirnya Putusan MK 90/PUU-XXI/2023 yang disahkan ketua MK, Anwar Usman, adalah cikal bakal lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
Padahal, jika merujuk pada peraturan sebelumnya, maka seharusnya Gibran Rakabuming Raka tidak bisa mengikuti kontestasi pilpres 2024.
Apalagi, di media sosial juga marak sebutan “Mahkamah Keluarga” sebagai sindiran atas putusan kontroversial MK yang harus mengubah Undang-Undang untuk meloloskan Gibran Rakabuming Raka.
Karena seperti yang diketahui, ketua MK, Anwar Usman merupakan papan dari Gibran Rakabuming Raka.
“Survey yang dilakukan oleh Charta Politika memperlihatkan tampilnya Gibran Rakabuming Raka mendampingi Prabowo justru membebani Prabowo, alih-alih ikut memperkuat suara. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari persepsi tentang naiknya Gibran sebagai cawapres tidak bisa dipisahkan dari intevensi kekuasaan dan penggunaan institusi hukum MK sebagai instrumen kekuasaan,” ujar Airlangga Pribadi kepada media, Selasa, 7 November 2023.
Airlangga Pribadi memaparkan, persepsi adanya intervensi kekuasaan di tubuh MK membuat pandangan publik bergeser; terutama bagi para pendukung Presiden Jokowi, dan tidak serta merta memperkuat kandidasi Gibran Rakabuming Raka.
“Justru yang terjadi adalah penguatan tentang tampilnya Gibran sebagai simbol representasi politik dinasti Jokowi yang berusaha melanggengkan kekuasaan,” ujar doktor alumnus Murdoch University, Australia, tersebut.
Gibran Rakabuming Raka Melenggang, Demokrasi Indonesia Meradang