Kedua, qanaah dalam artian ridha dengan pemberian Allah SWT.
Dalam bahasa Jawa, hal ini disebut nerimo ing pandum (menerima terhadap bagian yang diberikan Allah SWT).
Seseorang yang memiliki uang banyak, jabatan yang tinggi, harta yang melimpah ruah, tetapi tidak memiliki sifat qanaah, ia akan selalu kurang, serakah, rakus, dan tentunya hidupnya tidak bahagia.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 2 halaman 730:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
Artinya: Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan qanaah oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya.
Bagaimana agar kita bisa qanaah? Nabi bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
Artinya: Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian. (HR Muslim).
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki mobil harus bersyukur karena masih banyak orang yang naik motor dan tidak mampu membeli mobil.
Mereka yang naik motor harus bersyukur karena masih banyak yang naik sepeda dan tidak mampu membei motor.
Orang yang naik sepeda juga wajib bersyukur, karena masih ada yang berjalan kaki dan tidak mampu membeli sepeda.
Begitu juga orang yang berjalan, harus bersyukur karena masih ada yang tidak bisa berjalan, dan begitu seterusnya.
Orang yang memiliki sifat qanaah menunjukkan hidupnya bahagia dan tidak susah.