Yang menjadi masalah adalah bagaimana hati seseorang merespons petunjuk tersebut.
Orang yang sombong cenderung merasa dirinya sudah benar, tidak butuh nasihat, atau merasa lebih unggul dari orang lain.
Akibatnya, mereka menolak kebenaran yang datang kepada mereka. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al A'raf ayat 146 yang artinya:
"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (tanda kekuasaan Allah), mereka tidak beriman kepadanya." (QS. Al-A’raf: 146).
Ayat ini menegaskan bahwa kesombongan dapat menutup hati seseorang dari menerima kebenaran, sehingga meskipun mereka diberi tanda-tanda atau nasihat, mereka tetap menolak.
Kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk. Beberapa contoh yang dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat antara lain:
Merasa diri lebih berilmu, orang yang merasa dirinya sudah memiliki pengetahuan yang cukup, sehingga tidak mau mendengarkan nasihat dari orang lain.
Kesombongan intelektual ini membuat hati tertutup dari pengetahuan yang lebih dalam.
Bangga dengan pencapaian duniawi, seseorang yang terlalu bangga dengan keberhasilan materi atau status sosialnya bisa menjadi terlalu percaya diri sehingga lupa bahwa semua itu adalah pemberian Allah.
Akibatnya, mereka tidak menyadari bahwa hidayah sering kali datang melalui ujian atau peringatan dalam kehidupan.
Enggan mengakui kesalahan, orang yang sombong sering kali sulit untuk mengakui kesalahan atau menerima kritik.
Hal ini membuat mereka menolak perubahan yang sebenarnya bisa membawa mereka ke jalan yang lebih baik.
Ustadz Adi Hidayat memberikan solusi untuk mengatasi sikap sombong agar hidayah bisa masuk yaitu pentingnya membersihkan hati.
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk membuka hati dan menerima petunjuk Allah, antara lain: