Selanjutnya, tafsir ini menjelaskan pentingnya keimanan kepada Alquran dan kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil.
Orang-orang beriman tidak hanya mengakui kebenaran Alquran, tetapi juga percaya kepada wahyu yang turun sebelum Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Keimanan ini tidak akan sempurna tanpa keyakinan terhadap hari akhir, di mana setiap amal manusia akan dihitung dan dipertanggungjawabkan.
Orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat ini disebut sebagai "al-muflihun," yaitu mereka yang beruntung karena akan mendapatkan surga dan terhindar dari api neraka.
Keberuntungan ini tidak hanya dalam kehidupan dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Sesungguhnya, mereka yang berpegang teguh pada petunjuk Allah akan selalu mendapatkan kemuliaan dan keselamatan.
Pada bagian lain, tafsir ini juga membahas tentang orang-orang yang tidak beriman, seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, yang meskipun telah diberi peringatan, mereka tetap dalam kekufuran.
Ketidakimanan mereka sudah menjadi ketetapan Allah Subhanahu wa ta'ala, sehingga segala bentuk peringatan yang diberikan kepada mereka tidak lagi berpengaruh.
Pada akhirnya, ayat-ayat ini memberikan pelajaran penting bahwa hidayah adalah milik Allah Subhanahu wa ta'ala, dan hanya mereka yang mau membuka hati dan pikirannya yang akan meraih petunjuk.
Bagi mereka yang memilih jalan kekufuran, tidak ada keuntungan dari dunia maupun akhirat, hanya penyesalan yang akan mereka rasakan di kemudian hari.
Tafsir ini mengajak kita untuk selalu memperkuat keimanan dan senantiasa berada di jalan yang benar, dengan memegang teguh petunjuk dari Alquran.
Dengan memahami tafsir ini, kita diajak untuk merenungkan betapa besar hikmah yang terkandung dalam Alquran dan bagaimana kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. ***