Namun jika dilihat dari perspektif ulama dalam kitab-kitab terdahulu yang pernah membahas seputar putri duyung, mereka percaya jika mermaid hidup di tengah-tengah kehidupan manusia.
Seperti yang tertulis di kitab haiyah al hayawan oleh Syekh Kamaluddin Ad-Darimy ulama ahli fikih bermadzah syafi’i.
Buku ini merupakan catatan tentang hewan dari berbagai jenis salah satunya ikan duyung yang dinamai dengan istilah insanulma’ (manusia air).
Dalam buku tersebut, terdapat narasi Insanulma’ merupakan hewan laut yang menyerupai manusia yang mempunyai ekor.
Penulis mendeskripsikan manusia laut yang berkelamin duyung laki-laki disebut dengan nama syekhul bahar atau si kakek lautan.
Adapula di dalam buku kedua yakni vol II disebutkan bahwa duyung laki-laki disebut dengan nama Abu Mazinah yang pernah terlihat di kawasan lain (Mesir).
Duyung laki-laki tersebut dikabarkan pernah nampak di sekitar lautan Iskandariyah, Burullus, dan Rasyid dengan bentuk manusia berkulit lengket dan berbagai macam bentuk.
Diceritakan dalam buku tersebut, saat duyung-duyung tertangkap, mereka menangis, mengeluh dan meratap itulah mengapa mereka muncul di daratan.
Sedangkan duyung perempuan, dalam buku tersebut disebut dengan istilah banatulma atau wanita air yang dideskripsikan mempunyai rambut terurai, berkulit cokelat kekuningan, dan mempunyai lekuk badan seperti kebanyakan wanita lainnya.
Bisanya mereka tertawa terbahak-bahak di daratan bahkan terdapat beberapa nelayan yang menangkap mereka dan mengawininya setelah itu dikembalikan lagi ke lautan.
Perlu diketahui bahwa Syekh Kamaluddin Ad-Darimy tidak melakukan observasi saat mneulis tentang duyung di dalam kitab haiyah al hayawan.
Beliau hanya menuliskan berdasarkan laporan-laporan yang masuk dari berbagai aduan kalangan masyarakat serta mengutip dari kitab Al Kazui yang ditulis oleh Al Kazwaini.***