Mereka memahami hadist ini bahwa ipar adalah musuh, sumber masalah bagi rumah tangga sehingga wajib dijauhi.
Golongan ketiga yakni orang yang bisa memahami dan memakai hadist dengan tepat.
Menurut Lora Ismael hadist 'Ipar adalah Maut' bukan semata-mata hadist untuk menjatuhkan kecurigaan terhadap ipar.
Apalagi sampai bermusuhan, tidak hormat kepada ipar yang lebih tua.
Dalam sabda Rosulullah berbunyi:
إِبْدَا بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقُ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٍ فَلأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا
Artinya: Dahulukan dirimu (berbaiklah dan) bersedekahlah atasnya, jika ada lebih maka berikan untuk keluargamu, jika ada lebih maka berikan kerabatmu, jika ada lebih maka berikan untuk orang lain.
Baca Juga: Banyak Tidak Diketahui Umat Muslim, Benarkah Nabi Muhammad SAW Satu-satunya Nabi dari Bangsa Arab
Namun meski begitu, menurut Lora Ismail ipar tetaplah ipar yang bukan mahrom dan harus senantiasa menjaga kehati-hatian dan batasan.
Adapun komentar para ulama dari Imam Nawawi berkata bahwa esensi hadist Ipar Adalah Maut yakni ipar yang lawan jenis seperti saudara laki-laki, paman, atau ponakan.
Mereka itulah yang harus diwaspadai lebih daripada orang lain karena fitnah dan godaannya akan lebih besar.
Hal serupa juga dikatakan oleh Imam Qadhi Iyadh bahwa berdua dengan ipar kawan jenis dapat mendatangkan malapetaka dan fitnah secara agama.
Dikatakan sebagai maut karena Rosulullah mengibaratkan malapetaka tersebut seperti maut.
Sementara pendapat yang moderat pernah dikatakan oleh Habib Alwi Alaydrus dalam kitabnya.
Seorang boleh menampakkan diri kepada ipar kawan jenis jika tidak berkholwat (berduaan), tidak berhias, tidak memakai parfum, dan tidak menampakkan kecuali wajah dan telapak tangan saja.***