Nabi Yusuf as yang masih kecil pun harus menerima takdir bahwa ia besar dengan derita dan terpisah jauh dari keluarganya. Meskipun begitu, Nabi Yusuf as dengan mudah memaafkan saudara-saudaranya.
Nabi Zakaria as juga harus meneguk banyak kesabaran dalam menanti hadirnya buah hati hingga usianya menua.
Belum lagi Nabi Ayyub as, bukan hanya kehilangan 10 anaknya, namun juga harus bersabar atas penyakitnya, kehilangan harta dan dijauhi seluruh saudara hingga istrinya.
Begitupun Nabi Musa bayi yang harus dilepaskan ke sungai demi terlepas dari kematian. Betapa pedih hati seorang ibu melepaskan anaknya yang baru lahir melanglang buana sendirian di sungai.
Tidak sampai di situ, masih ada Maryam yang harus menerima pedihnya perkataan orang ketika ia hamil meski tidak pernah menikah.
Serta Asiyah binti Muzahim yang harus menjadi pasangan manusia paling bengis di dunia, Firaun. Berkat kesabarannya, Allah janjikan untuknya rumah di syurga.
Kitapun tidak boleh lupa bahwa istri-istri dari Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad Saw, sebagian besarnya tidak memiliki anak sama sekali.
Dari kaca mata manusia, mereka keluarga para Nabi ini tidak ada yang ideal. Tapi di mata Allah, berkat ketaatan mereka kepada Allah, kisah mulia mereka menjadi pelajaran yang sangat berharga dan abadi hingga hari kiamat kelak.***