Di samping itu, masyarakat Kampar menyebut tradisi ini dengan Balimau Kasai. Kasai dapat diartikan dengan wangi-wangian yang dipakai saat berkeramas.
Mereka mempercayai bahwa wewangian ini sebagai pengusir rasa dengki sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Hentakan alat tradisional dan silat membuka jalannya ritual tradisi mandi balimau.
Setelah itu, masyarakat mengadakan ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat.
Setelah sampai di pemakaman, para peziarah berdoa didampingi tokoh agama dan elemen pemerintahan daerah setempat.
Acara pemandian dimulai dengan membasahi kedua telapak tangan, dimulai dengan tangan kanan lalu tangan kiri.
Jika pejabat penting hadir dalam acara tersebut, maka pejabat tersebut dimandikan terlebih dahulu.
Kemudian dilanjutkan dengan membasuh kaki kanan lalu kaki kiri.
Setelah itu, membasahi ubun-ubun dilanjutkan dengan seluruh badan.
Setelah tradisi mandi selesai, dilanjutkan dengan pelaksanaan tradisi adat setempat, makan bersama, dan bergotong-royong di masjid.
Di Kota Pekanbaru sendiri, tradisi Potang Balimau diadakan pada Senin, 11 Maret 2024 yang bertempat di Taman Rumah Singgah Sultan Siak Rumah Tuan Qadhi.
Akan banyak kegiatan yang dilakukan pada acara ini mulai dari ziarah makam marhun pean, arak-arakan pawai dan masih banyak lagi.