GENMUSLIM.id-Sampai detik ini, kisah inspiratif Imam Al Ghazali yang begitu fenomenal dan masih diingat oleh segenap umat Islam seluruh dunia, tak terkecuali masyarakat Islam di kawasan Asia Tenggara, terlebih lagi masyarakat Islam yang berada di Indonesia.
Puluhan hingga ratusan karya Imam Al Ghazali yang meliputi berbagai disiplin keilmuan itu sampai sekarang masih dikaji umat Islam maupun kalangan orientalis Barat, baik dalam bidang tasawuf, fiqh, ilmu kalam, ushul fiqh, filsafat dan logika, serta masih banyak lagi, sebuah kisah inspiratif yang harus diketahui oleh umat Islam hari ini.
Memang, selain Imam Al Ghazali, kultur intelektual umat Islam pada masa kejayaan memang sangatlah subur, di mana setiap ulama mempunyai ratusan karya berjilid-jilid tebal, dan meliputi berbagai macam disiplin keilmuan, baik bidang keislaman, filsafat, maupun sains.
Tentu kisah inspiratif para ulama-ulama besar tadi perlu diketahui dan berusaha ditiru generasi umat Islam hari ini, agar kultur umat Islam kembali pada asalnya, yakni kultur intelektual dan kultur literasi yang sangat kuat.
Di dalam buku Syafi’iyah Asy’ariyah, Sejarah, Hubungan, dan Perkembangan di Dunia Islam, Ali Muhammad Ash Shallabi mengatakan, Imam Al Ghazali mempunyai nama lengkap dan banyak gelar, yakni Asy Syaikh al Imam al Bahr, Hujjatul Islam, Ajubat Az Zaman, Zain al Abidin, Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Asy Syafi’i, Al Ghazali.
Beliau lahir di daerah Thus, yang sekarang masuk wilayah Negara Iran pada tahun 450 Hijriah.
Beliau lahir dari keluarga miskin, sholeh, ayahnya mencintai ulama dan suka berkumpul dengan orang-orang sholeh.
Ini membuktikan, dalam peradaban Islam, orang dengan stratifikasi rendah dalam hal material, bisa menjadi orang besar jika mempunyai kemampuan yang mumpuni, jadi tuduhan feodal dalam peradaban Islam abad pertengahan sungguh tak bisa dibenarkan.
Meskipun lahir di kalangan yang kurang mampu, namun ayah Imam Al Ghazali begitu bersemangat agar anaknya tetap mencari ilmu, bagaimana pun juga, ilmu adalah pusaka bagi kaum beriman selain doa.
Ketika masih kecil belajar fiqh kepada gurunya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar Razakani di Thus, selanjutnya melanjutkan belajar ke Jurjan dan belajar dengan gurunya yang bernama Abu Nashir Al Ismaili, dengan sangat tekun, Imam Al Ghazali mencatat ilmu dari guru-gurunya.
Ketika menginjak remaja, Imam Al Ghazali pergi ke Naisabur, iu kota pemerintahan Dinasti Seljukdan juga belajar di Kota Baghdad, yang waktu itu menjadi pusat ilmu di abad pertengahan.