GENMUSLIM.id - Mohammad Abdul Bari, yang kehilangan 36 anggota keluarganya dalam serangan di Rafah, Gaza, kini hanya mampu berkomunikasi melalui gerakan tubuhnya.
Dalam tenda kecil yang menjadi tempat tinggalnya, Mohammad Abdul Bari ditemani oleh dua anaknya Ghaliyah dan Shadi, yang juga terluka parah dalam insiden yang sama.
Serangan yang dilakukan oleh pasukan penjajah Israel menghancurkan rumah keluarga Mohammad Abdul Bari, merenggut nyawa 36 orang, termasuk ibu dan semua saudara perempuannya, serta kerabat dekat lainnya.
Saat insiden terjadi, sang keluarga tertidur di rumah mereka, tak menyadari bahaya yang mengancam.
Mohammad Abdul Bari, yang sebelumnya dikenal sebagai khatib dan imam masjid yang pandai, sekarang hanya bisa berkomunikasi melalui gerakan tubuhnya, sementara putranya, Shadi, mengalami luka serius pada kakinya yang menyebabkan salah satu kakinya menjadi lebih pendek dari yang lainnya.
Mereka berdua merupakan saksi hidup dari tragedi tersebut, yang meninggalkan mereka dalam keadaan trauma yang mendalam.
Kepergian 36 anggota keluarganya, termasuk istri, putri, dan menantu perempuannya, merupakan pukulan besar bagi Mohammad Abdul Bari, yang kini harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan mereka semua.
Dalam kesedihan yang mendalam, dia mencoba mengungkapkan perasaannya dengan gerakan tubuhnya, yang menjadi satu-satunya cara baginya untuk berkomunikasi.
Kehilangan Mohammad Abdul Bari bukan hanya tragedi bagi keluarganya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat yang mengenalnya sebagai tokoh yang berpengaruh dalam komunitas mereka.
Sebagai khatib yang pandai dan perwakilan media untuk salah satu perusahaan haji dan umroh, Mohammad Abdul Bari merupakan sosok yang dicintai dan dihormati oleh banyak orang.
Namun, sejak serangan yang mengubah hidupnya, MohammadAbdul Bari tidak lagi dapat menjalankan peran-perannya seperti sebelumnya.