GENMUSLIM.id - Pada hari Jumat Gedung Putih berusaha untuk mengecilkan kritik tajam yang dikenakan terhadap Israel oleh Presiden Joe Biden dan seorang pejabat keamanan nasional senior.
Hal ini terjadi Karena pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah melakukan perang empat bulan yang bertujuan untuk membasmi militan Hamas dari Gaza.
Biden, menyebut operasi militer Israel di Gaza berlebihan dan mengatakan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah harus dihentikan.
Sementara itu Biden telah menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya jumlah korban sipil Palestina, lebih dari 27.000 telah tewas di Gaza sejak konflik meletus.
Baca Juga: Palestina – Indonesia: Solidaritas Abadi dalam Perjuangan Menuju Keadilan dan Kemerdekaan
Kemudian pada hari Jumat, wakil penasihat keamanan nasional utama presiden, Jon Finer, menyatakan "kurangnya kepercayaan" pada pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama pertemuan dengan para pemimpin komunitas Arab Amerika dan Muslim minggu ini.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada The Associated Press bahwa Finer berbicara secara khusus tentang komitmen pemerintah Netanyahu untuk mengejar solusi dua negara.
Dimana Israel akan hidup berdampingan dengan negara Palestina Merdeka, begitu perang berakhir. Meski, Netanyahu sepanjang karir politiknya secara konsisten menentang pembentukan negara Palestina.
"Presiden dan Tuan Finer merenungkan kekhawatiran yang kami miliki selama beberapa waktu dan akan terus berlanjut ketika operasi Israel berlangsung, tentang hilangnya nyawa warga Palestina dalam konflik ini dan kebutuhan untuk mengurangi bahaya sipil,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.
"Presiden telah menjelaskan sejak hari-hari pertama konflik ini kami bertujuan untuk mengalahkan Hamas, tetapi bahwa Israel harus mengurangi, sebanyak mungkin, dampak operasinya terhadap warga sipil yang tidak bersalah." Imbuh Adrienne Watson
Finer juga berbicara tentang salah langkah oleh pemerintahan Biden dan menyatakan penyesalannya bahwa pemerintah mungkin telah meninggalkan kesan yang sangat buruk.
Hal itu tampaknya mencerminkan frustasi yang tumbuh di Gedung Putih dengan konflik yang dipicu pada 7 Oktober setelah tentara Hamas melancarkan serangan terhadap Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya.
Jeda sebelumnya dalam pertempuran menyebabkan pembebasan sebagian besar wanita dan anak-anak yang diambil oleh Hamas, tetapi para pejabat AS percaya lebih dari 100 orang masih dalam tahanan.