GENMUSLIM.id - Saat Gaza bersiap menghadapi musim dingin dan basah, warga Palestina terlantar yang tinggal di tenda-tenda dan tempat perlindungan sementara di tepi laut menjahit pakaian dari selimut dalam upaya putus asa untuk tetap hangat.
Dilansir GENMUSLIM dari laman berita TRT World pada Senin 28 Oktober 2024 Nidaa Attia, dan pengungsi Palestina lainnya mengukur, memotong, dan menjahit pakaian di tenda dekat pantai di Al Mawasi di Khan Younis, di Gaza selatan.
Pekerjaan ini sepenuhnya manual dan padat karya. Karena tidak ada listrik di Palestina, mereka menghasilkan tenaga dengan menggunakan pedal sepeda yang dihubungkan dengan sabuk ke mesin jahit mereka.
"Musim dingin datang untuk kedua kalinya sejak dimulainya perang Israel dan orang-orang tidak memiliki pakaian hangat apa pun," kata Attia.
Baca Juga: Puluhan Film Tentang Palestina Dihapus Oleh Netflix, Diduga Ada Pengaruh Kelompok Lobi Israel
Di dekatnya, seorang anak kecil berdiri di atas meja sementara seorang wanita lain mengukurnya untuk sebuah baju hangat guna melindunginya dari cuaca ekstrim musim dingin.
"Tidak ada pakaian yang masuk ke Gaza, jadi kami banyak berpikir tentang bagaimana kami dapat menemukan solusi untuk mengatasi kekurangan kain,
Dan kami menemukan ide untuk mendaur ulang selimut termal menjadi pakaian musim dingin," kata Attia.
Inisiatif "Needle and Thread" miliknya, yang diluncurkan pada bulan September, sebagian besar bergantung pada relawan, meskipun beberapa menerima pembayaran kecil.
Pakaian tersebut dijual dengan harga antara 70 dan 120 shekel ($18-$30) tetapi harganya lebih rendah bagi mereka yang membawa selimut.
Musim dingin di Gaza bisa sangat keras, ditandai dengan suhu dingin dan angin kencang. Tahun lalu, hujan lebat membanjiri beberapa tempat penampungan.
Setelah lebih dari setahun perang, banyak warga Gaza tidak memiliki penghasilan.
Sebagian telah mencoba menjual harta benda mereka, termasuk pakaian bekas, tetapi hanya sedikit yang mampu membeli barang-barang pokok.