Ertugrul tidak hanya memimpin pasukan dengan keberanian, tetapi juga menyadari bahwa kemenangan atas musuh-musuh Islam tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan kekuatan militer semata.
Ia mulai mendidik pemuda-pemuda sukunya untuk mencintai Islam dan memiliki semangat jihad yang tinggi.
Di masa kepemimpinannya, setiap anak berusia tujuh tahun di kalangan sukunya sudah menghafal Juz Amma, Surat Al-Mulk, dan Surat Yasin.
Misi besar Ertugrul adalah menciptakan generasi kuat yang akan membela dan memperkuat Islam di masa depan.
Nilai-nilai ini diwariskannya kepada anaknya, Osman bin Ertugrul. Osman kelak menjadi Sultan pertama dari dinasti Utsmaniyah, yang memerintah selama lebih dari enam abad.
Di bawah dinasti ini, muncul pula pemimpin-pemimpin hebat lainnya, seperti Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel dan Sultan Sulaiman Al-Qanuni yang dikenal sebagai salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Islam.
Kisah Ertugrul adalah kisah tentang keberanian, pengabdian kepada agama, dan visi yang jauh ke depan.
Dengan memimpin suku kecilnya menuju kemenangan dan memberikan warisan yang besar kepada anaknya, Ertugrul telah meletakkan dasar bagi berdirinya salah satu kekhalifahan terbesar dalam sejarah umat manusia.
Sejarah Ertugrul dan pendiriannya di Sogut adalah contoh nyata bagaimana tindakan kecil bisa memicu dampak besar yang melintasi abad.
Dari sebuah desa kecil, Kekhalifahan Utsmaniyah tumbuh menjadi kekuatan besar yang menghimpun berbagai wilayah dan peradaban di bawah panji Islam.
Meski menghadapi berbagai rintangan, Ertugrul menunjukkan bahwa dengan tekad, iman, dan strategi yang tepat, kemenangan dapat dicapai.
Osman, anak Ertugrul, melanjutkan warisan besar ayahnya, menjadikan dinasti Utsmaniyah kekuatan yang disegani oleh kawan dan lawan.
Hingga kini, nama Ertugrul tetap dikenang sebagai bapak pendiri dinasti yang membawa kejayaan besar bagi dunia Islam.
